Share this
Penertiban penumpang kereta api rel listrik (KRL) Jabodetabek yang duduk di atap gerbong kereta api dengan cara menyemprot cairan berwarna dinilai tidak efektif. Banyaknya penumpang yang naik di atap gerbong disebabkan kurangnya kapasitas dan fasilitas dari operator kereta api. Menurut Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, salah satu upaya terbaik untuk mengatasi hal tersebut adalah peningkatan kapasitas dan fasilitas kereta api. “Penambahan gerbong maupun rangkaian dinilai sebagai kebutuhan utama dalam mengatasi peningkatan jumlah pengguna KRL,” kata dia di sela-sela diskusi YLKI dengan BLU Transjakarta, Kamis (12/5).
Untuk meningkatkan kapasitas dan fasilitas itu, kata dia, dibutuhkan sinergi berbagai pihak. Menurut Tulus, tidak semua beban itu ditanggung oleh perkeretaapian, melainkan juga pemerintah dan penyedia bahan bakar energi untuk operasional kereta. Ia mengatakan persoalan itu tidak bisa dibebankan pada kereta api saja karena memang ada problem pasokan listrik yang berkurang. “Ketika ditambah gerbong dan rangkaian, jumlah pasokan listriknya kurang dan harus ada penambahan dari PLN pusat yang signifi kan,’’ ungkapnya.
Selengkapnya:http://www.koran-jakarta.com/berita-detail.php?id=82630