Share this
Jakarta – Sejak koridor I Trans 'Busway' Jakarta (TJ) diresmikan oleh Gubernur Sutiyoso pada 15 Januari 2004 lalu, nasib angkutan massal andalan warga DKI Jakarta yang sudah beroperasi di 10 koridor ini tak kunjung selesai didera oleh berbagai persoalan. Baik saat dikelola oleh Dinas Perhubungan DKI sampai Badan Layanan Umum (BLU) Trans Jakarta.
Meskipun kelahirannya sudah didasarkan pada studi teknis dan finansial yang dimulai pada tahun 1997 dengan bantuan beberapa konsultan asing, termasuk International for Transportation & Development Policy (ITDP) yang berbasis di New York dan Universitas Indonesia, namun kondisi TJ tak kunjung membaik, bahkan terus memburuk. Apalagi koridor 9 dan 10 yang busnya buatan tahun 2009, namun patut diduga menderita cacat pabrik, sehingga sering rusak dan merugikan publik.
Keinginan dan niat Pemerintah Provinsi DKI untuk membuat dan meniru operasional TJ sama seperti Trans Milenio di Bogota, Colombia gagal total karena tidak semua sistem dan operasional Trans Milenio diterapkan di TJ dengan baik, seperti sistem on line ticketing, feeder bus, fasilitas park and ride, sistem kontrol jarak bus (headway), sterilisasi jalur dan sebagainya.