Share this
JAKARTA – Pengembangan transportasi massal merupakan solusi utama untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota. Bakal calon gubernur DKI Jakarta Hendardji Soepandji berpendapat, kemacetan di Ibu Kota sudah sangat akut.
Dalam sehari,warga Jakarta bisa terjebak kemacetan dua hingga empat jam. Jika diakumulasikan, dalam setahun kerugian akibat macet mencapai Rp100 triliun. Pihaknya mendorong pengoptimalan pengembangan transportasi massal untuk mengurangi kemacetan. Secara mikro,lanjut dia,Jakarta harus memiliki transportasi massal yang memadai seperti mass rapid transit (MRT) dan monorel.
Saat ini moda transportasi massal yang menjadi andalan warga hanya bus Transjakarta dan kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek. “Tiga kota besar di Asia Tenggara: Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok, sudah jauh lebih dahulu memiliki alat transportasi massal,baik monorel maupun subway,” kritik Hendardji kemarin.
Pria yang maju melalui jalur independen ini mengungkapkan, monorel selain lebih bebas polusi udara, juga mampu melewati kemacetan Jakarta karena berada di atas.Pihaknya menyayangkan sikap Pemprov DKI Jakarta yang membatalkan pembangunan monorel. “Seharusnya monorel tetap dilanjutkan dibuat terintegrasi dengan moda transportasi massal lainnya.
Monorel bahkan bisa menembus sampai daerah pinggiran dan terintegrasi dengan terminal angkutan umum seperti Kampung Rambutan di Jakarta Timur,”ujarnya. Untuk itulah, konsep pembangunan transportasi massal harus dilakukan secara maraton dan dilakukan komunikasi intensif dengan wilayah tetangga.
Hendardji menambahkan, pembenahan total angkutan umum di Jakarta juga perlu dilakukan terutama menyangkut disiplin sopir dan usia kendaraan dengan memberlakukan peraturan yang ketat,termasuk dalam uji KIR kendaraan. “Perlu juga dilakukan razia terhadap sopir tembak secara berkala.
Pemprov harus berani memberikan sanksi keras bagi mereka yang melanggar dengan mencabut izin operasinya,” pinta Hendardji. Upaya lainnya untuk mengurangi kemacetan dengan cara peremajaan kota yang bersinergi dengan desain transportasi kawasan. Misalnya,barangbarang yang akan dikirim ke Bandung atau daerah lainnya di Jawa Barat tidak harus dibongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, tapi bisa di Pelabuhan Merak Banten.
Selanjutnya,barang-barang tersebut masuk jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) langsung menuju Jawa Barat sehingga kepadatan truk kontainer berkurang. Pengamat transportasi dari Institut Transportation and Development Policy Yoga Adiwinarto mengatakan, kondisi angkutan umum selain bus Transjakarta, seharusnya memang sudah ditiadakan.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki transportasi publik. “Saat ini Metromini,Kopaja, dan bus lainnya masih beroperasi di bawah standar.Pembenahan transportasi bukan berarti mengganti elemen yang sudah ada dengan transportasi yang bisa dikatakan nyaman seperti busway (bus Transjakarta). Tapi peningkatan standardisasi mengenai pelayanan minimum bisa dilakukan,” pintanya. -ridwansyah-