Share this
Truk kontainer terjebak dalam kemacetan di Jalan Lodan Raya, Jakarta Utara, Selasa (8/5). Kemacetan lalu lintas dan infrastruktur jalan yang buruk menjadi sebagian faktor penghambat pertumbuhan investasi di Tanah Air.
Jakarta, Kompas – Selain masih menghadapi hambatan pada pembebasan lahan, mundurnya penyelesaian pembangunan Tol Akses Tanjung Priok Seksi North-South dari ruas Jalan Yos Sudarso hingga Pelabuhan Tanjung Priok juga menyebabkan kemacetan pada sejumlah titik jalan di Jakarta Utara.
Apalagi saat ini sedang dilaksanakan proyek pembangunan Jakarta Outer Ring Road East 2 di Jalan Jampea hingga Jalan Cakung Cilincing. Tol itu akan menyambungkan Tol Akses Tanjung Priok Seksi North-South (NS) dengan Tol E1 Semper-Rorotan yang dioperasikan sejak tahun 2011.
Pembangunan kedua jalan tol itu memakan sebagian badan jalan. Ruas jalan yang semestinya bisa memuat tiga lajur kendaraan sekarang hanya bisa memuat dua lajur kendaraan. Sementara kendaraan yang melintas didominasi truk-truk angkutan berat yang memakan ruang jalan cukup besar.
Kemacetan cukup parah biasanya terjadi Kamis hingga Sabtu, saat kegiatan ekspor dan impor berlangsung di Pelabuhan Tanjung Priok. Semua jalur arteri yang mengarah ke pelabuhan itu dipadati truk-truk kontainer, mulai dari Jalan Yos Sudarso, Jalan Enggano, Jalan Jampea, Jalan Sulawesi, hingga Jalan Cakung Cilincing.
Titik kemacetan terparah terjadi di persimpangan Jalan Yos Sudarso dan Jalan Enggano. Persimpangan Jalan Jampea, Jalan Sulawesi, dan jalan masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok juga merupakan titik kemacetan terparah.
Ganggu distribusi
Ketua Angkutan Khusus Pelabuhan Gemilang Tarigan, Rabu (30/5), menegaskan, kemacetan itu sudah mengganggu kelancaran distribusi truk-truk pengangkut barang yang masuk dan keluar Pelabuhan Tanjung Priok. Bahkan, itu juga sudah sangat mengganggu kendaraan pribadi, mobil ataupun sepeda motor.
”Kemacetan ini harus ditangani segera karena terjadi hampir setiap hari. Ini menghambat kelancaran distribusi dan aktivitas masyarakat,” ujarnya.
Dari keterangan Kepala Unit Lalu Lintas Kepolisian Sektor Cakung Cilincing Ajun Komisaris Iskandar, kemacetan paling parah terjadi mulai dari Jalan Yos Sudarso hingga Jalan Jampea arah Cakung Cilincing. Sebab, kedua ruas jalan itu mengalami penyempitan akibat proyek pembangunan jalan tol.
”Dampaknya bisa menyebabkan kemacetan sampai Jalan Cakung Cilincing,” katanya.
Menurut Iskandar, untuk mengatasinya, saat ini pihaknya hanya dapat menerjunkan personel di sejumlah titik biang kemacetan. Pengalihan arus belum bisa dilaksanakan karena tak tersedia jalur alternatif memadai.
Tiga manajemen
Untuk memecahkan masalah kemacetan di kawasan Tanjung Priok itu, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono berencana memadukan manajemen logistik, manajemen waktu, dan manajemen arus. ”Ketiga manajemen ini harus dilakukan oleh semua pihak, bukan hanya oleh petugas pengatur lalu lintas,” katanya.
Manajemen logistik mengatur aliran barang yang akan masuk atau keluar dari Pelabuhan Tanjung Priok. Pelabuhan Tanjung Priok harus siap bekerja 24 jam melayani bongkar muat logistik.
Sementara itu, sopir atau pengendara harus melakukan manajemen waktu dan manajemen arus. ”Sebelum melakukan perjalanan, rencanakan dulu perjalanannya. Misalnya, truk-truk itu akan ke Tanjung Priok kan tidak harus siang hari. Mereka bisa ke sana malam hari saat kepadatan lalu lintas rendah,” katanya.
Selain itu, pengendara juga bisa mengatur rute perjalanan. ”Jika sudah tahu di Jalan Cakung Cilincing sedang terjadi kepadatan, lebih baik tidak melintas di sana. Memutar jauh sedikit melalui jalan lain justru akan lebih cepat dan hemat waktu,” lanjut Pristono.
Ia mencontohkan, truk dari Cikampek menuju Tanjung Priok jangan keluar melalui Tol Cikunir, tetapi lebih baik terus melalui Cawang-Tanjung Priok atau Cawang-Tomang-Ancol. Namun, para sopir harus memperhatikan jadwal waktu truk boleh melintas di ruas Cawang-Tomang.
Semua imbauan ini akan disampaikan dinas perhubungan kepada asosiasi angkutan dan pengusaha-pengusaha angkutan.
Pristono berpandangan, kepadatan lalu lintas saat dilakukan pembangunan merupakan hal wajar. Setiap kali ada pembangunan atau perbaikan jalan, akan terjadi penyempitan.
Konstruksi berbeda
Secara terpisah, Kepala Satuan Kerja Proyek Tol Akses Tanjung Priok Seksi NS Bambang Nurhadi mengatakan, pihaknya sangat berharap pengertian masyarakat atas pekerjaan tol di Jalan Yos Sudarso.
Menurut dia, pembangunan tol ini berbeda dengan pekerjaan penggalian yang bisa dikerjakan pada malam hari dan ditutup dengan pelat besi pada siang hari. Sebaliknya, pembangunan tol ini didominasi oleh pekerjaan pemasangan tiang pancang yang hanya dapat ditutup dengan barikade.
Begitu pula untuk pekerjaan pelebaran jalan yang saat ini dilaksanakan di sepanjang trotoar Jalan Yos Sudarso, di depan Kantor Wali Kota Jakarta Utara. Itu juga tidak bisa ditutup dengan pelat besi karena pekerjaannya menggunakan cor beton yang membutuhkan waktu beberapa hari untuk pengeringan.
”Selama menunggu cor beton kering, di atasnya tak bisa dilewati kendaraan apa pun agar konstruksinya bisa jadi sempurna,” kata Bambang.
Untuk mengurangi kemacetan, lanjut Bambang, pihaknya tetap berupaya agar pekerjaan proyek tol yang dijalankan tidak memakan badan jalan terlampau lebar. Tetap diupayakan juga satu ruas jalan dapat memuat dua lajur kendaraan. (ARN/MDN)