Share this
Jakarta, Kompas – Untuk meningkatkan pelayanan transportasi publik dan sebagai upaya mengurangi kemacetan di Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mengubah sistem layanan bus rapid transit transjakarta.
Apabila semula transjakarta memakai sistem bus rapid transit (BRT) Bogota, yakni trunk and feeder (koridor dan bus pengumpan), kini akan dipadukan dengan BRT Guangzhou, yakni direct service (layanan langsung).
”Perpaduan ini tidak hanya meningkatkan jumlah penumpang bus transjakarta, tetapi juga meningkatkan rasio pemakaian jalur transjakarta,” kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, di Balaikota DKI, Selasa (29/5).
Perpaduan itu akan dilakukan dalam bentuk mengizinkan angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta (APTB) yang sedang dirintis diperbolehkan masuk ke jalur transjakarta. Selain itu, angkutan umum yang berbadan usaha dan mempunyai spesifikasi sama dengan bus transjakarta juga akan diperbolehkan bergabung.
APTB telah berjalan di Bekasi dan akan terus dikembangkan di Tangerang, Depok, dan Bogor. ”Dengan begitu, pengguna transjakarta bisa mendapatkan layanan lebih luas lagi,” kata Fauzi.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono menjelaskan, ada tiga keunggulan sistem direct service. Pertama adalah fleksibilitas titik transfer. Penumpang yang hendak pindah dan turun di sejumlah titik tidak perlu menunggu bus transjakarta. Kedua, kapasitas angkut bus transjakarta dan bus kota lebih banyak. Ketiga, jalur menjadi lebih lancar.
”Jalur transjakarta akan penuh sehingga potensi kendaraan pribadi yang hendak menyerobot akan lebih kecil,” ujar Pristono.
Bus yang kemungkinan bisa masuk ke jalur transjakarta adalah bus rute Bekasi-Tanah Abang, Bekasi-Pulogadung, dan Cibinong-Grogol.
Penerapan sistem ini menunggu penyesuaian spesifikasi APTB, yakni harus bus berlantai tinggi. ”Metromini dan kopaja milik pribadi tidak boleh,” tegasnya.
(ARN)
Source : http://cetak.kompas.com/read/2012/05/30/03321436/dki.akan.padukan.gaya..bogota-guangzhou