Share this
Apa jadinya jika kota Jakarta fokus membenahi permasalahan transportasi dengan konsep BRT atau Bus Rapid Transit? Mungkin Cali bisa menjadi memberikan gambaran akan hal itu. Di tahun 2009 Cali, sebuah kota di belahan Barat Kolombia, memulai pelayanan BRT mereka yang diberi nama Masivo Integrado de Occidente (MIO) Cali. Hari ini, hanya 4 tahun setelah beroperasi, MIO Cali melayani 110.000 penumpang per hari dengan 40 km dedicated busway, 762 bus, dan 90 rute pelayanan. Jumlah itu mencakup 90 persen perjalanan yang dilakukan oleh pengguna angkutan umum di kota Cali.
Sebagai perbandingan, Transjakarta mulai beroperasi pada tahun 2004. Hingga saat ini panjang koridor Transjakarta mencapai 240 km, terpanjang di dunia untuk ukuran satu kota. Namun Transjakarta hanya dapat mengangkut 350.000 penumpang per hari. Memang jika kita lihat dari jumlah penduduk Jakarta yang mencapai 10 juta jiwa dan Cali hanya berjumlah 2,2 juta jiwa, tentunya perbandingan ini tidak sepadan. Semakin besar jumlah penduduk semakin kompleks pula permasalahannya. Namun dari sisi yang lain bisa juga dilihat betapa efektifnya sistem yang diterapkan oleh MIO Cali.
Lalu apa yang dilakukan oleh Cali dan tidak dilakukan oleh Jakarta, yang menjadikannya seperti sekarang? Fokus pada transformasi pelayanan angkutan umum dan tidak terjebak pada perdebatan moda angkutan, jawabannya. Pada awalnya Cali juga dihadapkan pada permasalahan kepemilikan angkutan umum yang dikuasai perseorangan. Dengan bus-bus sedang layaknya Kopaja dan Metromini, angkutan bus adalah moda angkutan umum utama di kota Cali. Dan layaknya Jakarta yang belajar dari kesuksesan Transmilenio Bogota, Cali pun memutuskan untuk menerapkan sistem BRT. Transformasi dimulai dengan pembangunan infrastruktur BRT yang lengkap. Jalur bus eksklusif dibangun di sepanjang koridor, halte dengan multiple substops ditempatkan di median jalan, dan jalur menyalip disiapkan di setiap halte MIO Cali. Tiga komponen utama tersebut memungkinkan operasional BRT dengan kapasitas tinggi seperti pada Transmilenio Bogota dan GBRT Guangzhou.
Untuk mengisi koridor-koridor tersebut, digunakan sistem Direct-Service (baca: Apa Itu Direct Service?) sehingga rute-rute bus eksisting pun disatukan. Pemerintah kota Cali melakukan pendekatan kepada para operator eksisting untuk membentuk badan usaha yang terorganisir. Hal ini jelas bukan hal yang mudah, namun determinasi serta proses komunikasi yang baik dilakukan oleh pemerintah kota Cali hingga akhirnya sekarang operator dari 5.000 bus eksisting dapat tergabung dalam 4 operator swasta yang berkontrak dengan pihak MIO Cali. Keempat operator ini mengganti seluruh bus mereka dengan bus baru yang sesuai dengan spesifikasi MIO Cali dan melayani 11 rute koridor utama, 52 rute pre-trunk, dan 42 rute feeder. Digunakan sistem bagi hasil atau revenue sharing di mana 70% pendapatan untuk operator bus, 13% untuk operator money collector, 7% untuk operator penyedia depo bus, 7% untuk MIO Cali, dan 3% sisanya sebagai trust fund. Sebagai catatan, pelayanan angkutan umum di Kolombia tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah dan tarif layanan MIO Cali menggunakan sistem flat fare dan bebas transfer dengan harga 1.600 COP (sekitar Rp 8.300).
Dengan lebih dari 90 rute layanan yang beroperasi, hampir tidak ada wilayah kota Cali yang tidak dilayani oleh MIO Cali. Terminal antarmoda dibangun di titik-titik transfer untuk memberikan kemudahan proses transfer antara bus feeder, bus koridor utama, dan moda lain seperti kereta komuter. Penggunaan teknologi informasi dengan tracking system di semua bus, CCTV di setiap halte, dan sistem pembayaran via smartcard memungkinkan operasional yang efisien yang pada akhirnya memberikan pelayanan yang optimal bagi para pengguna MIO Cali. Di beberapa halte juga disediakan parkir sepeda gratis sebagai wujud komitmen terhadap transportasi yang ramah lingkungan. Dengan performa layanan yang demikian prima maka tidak mengherankan jika saat ini sepertiga dari seluruh perjalanan yang terjadi di kota Cali dilakukan dengan menggunakan angkutan umum, sementara sepertiga lainnya dengan non-motorized, dan sepertiga sisanya dengan kendaraan bermotor.
Setelah memantapkan sistem BRT sebagai backbone angkutan umum, pemerintah kota Cali sedang melakukan pembangunan sistem cable car atau kereta gantung yang menghubungkan daerah pemukiman penduduk yang terdapat di area perbukitan dengan layanan MIO Cali. Sistem ini akan membentang sepanjang 2,2 km yang dapat ditempuh dalam 12 menit dan diestimasi dapat melayani 20.000 perjalanan per harinya, dengan kapasitas maksimum sebesar 2.000 penumpang per jam per arah. Jika berjalan sesuai rencana, pada akhir tahun 2014 sistem ini sudah dapat beroperasi dan memberikan akses terhadap area pemukiman tersebut yang sebelumnya hanya dapat dijangkau dengan angkutan jeep atau berjalan kaki. Saat hal tersebut terjadi maka sistem MIO Cali ini akan menjadi jaringan angkutan umum massal pertama di dunia yang mengintegrasikan sistem BRT dengan moda cable car. Bravo, Cali! (UH)