Share this
ITDP Indonesia kembali mengadakan sebuah diskusi terbuka mengenai sistem transportasi perkotaan pada hari Rabu, 22 November 2017. Dalam seri terbaru dari Urban Transport Discussion, ITDP Indonesia bertanya mengenai bagaimana kelanjutan nasib Transjakarta nantinya ketika MRT telah resmi beroperasi di Jakarta.
Sejak tahun 2004, Koridor 1 Transjakarta menjadi salah satu penopang mobilitas warga Jakarta yang beraktivitas di kawasan Sudirman-Thamrin, dengan rute Blok M-Kota. Koridor 1 yang juga pernah meraih standar Silver berdasarkan penilaian BRT Standar dari ITDP, terhubung dengan berbagai koridor lain melalui beberapa halte transit seperti Harmoni, Dukuh atas, Bendungan Hilir dan Kota. Ditambah dengan ekspansi rute dengan menggunakan sistem direct service yang berhasil sukses meningkatkan kapasitas Transjakarta hingga mencapai 65%.
Urban Transortation Discussion #4 membahas survei yang telah ITDP Indonesia lakukan mengenai seberapa penting kehadiran koridor 1 bagi pengguna Transjakarta. MRT sebagai transportasi publik yang berbasis rel yang direncanakan mulai resmi beroperasi pada tahun 2019, memiliki rute yang beririsan dengan Koridor 1 Transjakarta sepanjang 6 KM. Muncul wacana kehadiran dua moda angkutan umum yang memiliki rute yang sama akan mengurangi keefektifan penyerapan penumpang dan pernyataan untuk “mengorbankan” salah satu moda. Sehingga muncul pertanyaan, “Apakah logis ketika MRT resmi beroperasi maka Transjakarta Koridor 1 dihilangkan?”
Berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh ITDP Indonesia sebanyak 83% pengguna Transjakarta keberatan jika Transjakarta Koridor 1 dihilangkan walau MRT telah beroperasi. Narasumber Urban Transportation Discussion #4, Ir. Alvinsyah MSE dari Kelompok Ilmu Transportasi Universitas Indonesia dan David Tjahjana dari Suara Transjakara mempunyai pendapat masing-masing.
Dalam diskusi ini, Alvinsyah berpendapat bahwa sebenarnya demand akan Transjakarta serta moda transportasi umum lainnya di daerah Jabodetabek masih sangat tinggi, tetapi sayangnya tidak diikuti dengan supply yang memadai. Hasilnya, jumlah kendaraan bermotor melonjak, khususnya kendaraan bermotor roda dua. Maka dari itu, seharusnya Pemerintah DKI Jakarta harus terus berusaha mengembangkan dan memaksimalkan kapasitas moda transportasi umum massal, baik rail-based maupun road-based. Pemerintah harus berhati-hati dengan polemik penghapusan Koridor 1 Transjakarta, apalagi jika masih bisa melihat potensi demand angkutan road-based yang sangat besar.
“MRT singapura yang kita kenal saat ini tidak akan bisa sehebat seperti ini tanpa eksistensi dari moda tranportasi berbasis jalannya yaitu transportasi bus, dengan share yang lebih luas.”
David Tjahjana, berpendapat bahwa baiknya Transjakarta dan MRT ke depannya dapat terintegrasi dengan sempurna sehingga memberikan opsi yang lebih luas bagi para pengguna moda angkutan umum di Jakarta. Integrasi antara BRT (Transjakarta) dan MRT harusnya bisa bersifat positif dan dapat menambah kegemaran penggunaan angkutan umum oleh warga Jakarta.
Transjakarta + MRT itu bukan 1+1=1 dan bukan juga 1+1=2, tapi 1+1 = banyaak (menghasilkan jaringan dan menarik warga Jakarta untuk menggunakan transportasi massal)
Mengenai polemik penghapusan Transjakarta Koridor 1, David Tjahjana menilai itu akan sulit dilakukan karena Koridor 1 tidak hanya menopang penggunaan Blok M – Kota tetapi berbagai Koridor lain yang rutenya teriris dengan Koridor tersebut. Transjakarta Koridor 1 menjadi penopang koridor-koridor Transjakarta lainnya di kawasan Sudirman-Thamrin.
Di penghujung acara Urban Transport Discussion #4, munculnya sebuah harapan bahwa MRT dan Transjakarta bisa bersinergi dan terus bekerjasama dalam mendukung dan meningkatkan angka pengguna moda transportasi publik di Jakarta.
Karena berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan ITDP ketika salah satu Koridor 1 Transjakarta dihilangkan, alih-alih menggunakan moda transportasi umum lainnya, seperti MRT, banyak responden malah lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dan transportasi online untuk mendukung mobilitasnya di kawasan Sudirman-Thamrin. Tentunya ini akan menyebabkan jumlah kendaraan pribadi yang melintas akan semakin bertambah yang menyebabkan kemacetan dan menurunkan mobilitas masyarakat di kawasan tersebut. Sampai jumpa di Urban Transport Discussion berikutnya!