Share this
“Menambah kemacetan”, “mengganggu lalu lintas” atau “demi keselamatan pejalan kaki”, adalah alasan-alasan yang kerap dipakai untuk menghalangi pembangunan dan penyediaan fasilitas pejalan kaki yang bersinggungan dengan pergerakan mobil dan motor.
Mobilitas perkotaan yang mengutamakan pejalan kaki harusnya mendorong dan mendukung semua pembangunan dan penyediaan fasilitas yang memudahkan pergerakan pejalan kaki, bukan menghilangkan, menghalangi atau bahkan memindahkan ruang pejalan kaki. Penyeberangan jalan yang adalah elemen penting bagi pejalan kaki sudah seharusnya memudahkan penggunanya. Memindahkan pejalan kaki ke atas (JPO) atau ke bawah tanah dengan alasan keselamatan, jelas-jelas tidak memanusiakan pejalan kaki.
JPO dan terowongan pejalan kaki memaksa kelompok rentan (lansia, anak-anak, ibu dengan anak dan penyandang disabilitas) untuk naik-turun tangga dan mendaki bidang miring hanya demi memberikan gerak yang lebih leluasa bagi mobil dan motor.
Jangan Hanya Sementara
Inisiatif baik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk kembali memanusiakan dan memprioritaskan pejalan kaki sudah sepatutnya didukung. Para pakar tata kota dan transportasi seharusnya mendorong inisiatif ini untuk diterapkan dalam jangka waktu yang panjang dan permanen, bukan sebaliknya!
Di kota-kota maju, JPO dibangun ketika pengadaan penyeberangan sebidang (non-JPO & bawah tanah) tidak memungkinkan karena ada hambatan alam (seperti sungai, laut, dan sebagainya), melintasi highways, dan fitur ruang jalan unik lainnya. Di perkotaan dengan jalan tanpa halangan yang khusus, tidak ada alasan untuk tidak membangun penyeberangan sebidang.
Dengan pendekatan desain, penyeberangan sebidang dapat dilakukan di semua jalan arteri di DKI, termasuk jalan M.H. Thamrin dan Jenderal Sudirman. Semua jenis penyeberangan sebidang dapat diselenggarakan pada karakteristik jalan yang lebar dan dengan volume lalu lintas dari yang rendah hingga tinggi.
Pengadaan pelican crossing misalnya, yang dapat diterapkan pada ruang jalan di antara blok bangunan yang dilengkapi dengan marka serta rambu. Fasilitas ini memberi kuasa bagi pejalan kaki untuk memerintahkan kendaraan bermotor berhenti, untuk memberikan ruang bagi pejalan kaki menyeberang. Serta masih banyak lagi intervensi desain ruang jalan yang mengutamakan pejalan kaki sekaligus memberikan keamanan bagi pejalan kaki saat menyeberang jalan.
Menjadikan Jakarta Kota yang Inklusif
Orientasi pembangunan kota yang selalu mengutamakan kendaraan bermotor membuat banyak kebijakan yang memberikan prioritas bagi pejalan kaki adalah sesuatu yang janggal dan salah. Menuding pemberian fasilitas pejalan kaki yang humanis menjadi penyebab kemacetan adalah mindset yang lebih mendukung pembangunan kota yang berpihak pada kendaraan bermotor.
Sudah saatnya Jakarta mengutamakan pembangunan yang inklusif. Pembangunan yang menyertakan kelompok rentan (lansia, anak-anak, ibu dengan anak dan penyandang disabilitas) dalam prosesnya, dan yang lebih penting pembangunan yang dapat diakses dan digunakan oleh semua kalangan termasuk kelompok rentan itu sendiri.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seharusnya tidak ragu dalam mengambil kebijakan-kebijakan humanis, yang berorientasi pada manusianya untuk menjadikan Jakarta kota lestari yang manusiawi.
Unduh Press Release: Stop Membangun JPO Demi Pejalan Kaki
Fact Sheet
Jenis-jenis Penyeberangan Sebidang
Penyeberangan Zebra (zebra cross)
Umumnya diletakkan di persimpangan jalan utama. Penyeberangan jenis ini digunakan untuk memfasilitasi jumlah pejalan kaki dari rendah hingga tinggi dengan disertakan pemarkaan dan penanda lampu selama fase menyeberang.
Penyeberangan Pelikan (pelican crossing)
Penyeberangan jenis ini biasanya ditempatkan di antara blok bangunan yang cukup lebar dengan lalu lintas yang cukup tinggi. Penyeberang jalan dapat menekan tombol yang otomatis mengaktifkan sinyal lampu untuk memerintahkan kendaraan berhenti. Pada lampiran Permen PU Nomor 3 Tahun 2014, disebutkan bahwa penyeberangan pelikan diletakkan minimal 300 meter dari persimpangan.
Raised Crossing
Penyeberangan yang dibuat setinggi trotoar yang biasanya diletakkan pada jalan-jalan permukiman yang cukup padat baik jumlah pejalan kaki maupun lalu lintas kendaraan. Selain pada area perumahan, penyeberangan ini juga dapat diletakkan pada area dengan aktivitas komersial tinggi dan jalan-jalan kecil yang terhubung langsung dengan jalan yang lebih besar (terdapat perbedaan kecepatan kendaraan).
Traffic Calmed Crossing
Penyeberangan jenis ini biasanya diletakkan di pertengahan blok dengan disertai penambahan elemen peredam lalu lintas seperti speed bump atau penanda garis. Peredam lalu lintas yang dimaksud diletakkan pada 5-10 meter sebelum ruang menyeberang.
Staggered Crossing
Jenis penyeberangan yang tidak sejajar pada jalan dengan minimal dua arah lalu lintas. Di antara penyeberangan tak sejajar ini terdapat median atau pulau penyeberangan dengan lebar minimal 3 meter dan jarak offset kedua penyeberangan tidak lebih dari 1 meter. Penyeberangan jenis ini biasanya juga diletakkan di antara blok dan tidak di persimpangan.
Pinchpoint/Yield Crossing
Jenis penyeberangan antar blok lainnya yang memperpendek jarak menyeberang seseorang dengan memperluas area pejalan kaki yang mengurangi ruang kendaraan pada titik penyeberangan. Minimal ruang kendaraan yang disisakan di antara dua area pejalan kaki adalah 3,5 meter dengan asumsi dapat dilalui kendaraan darurat seperti pemadam kebakaran dan ambulans.
Kontak Media
Fani Rachmita, 0895 1087 7911 (WA), 0812 8623 7694 / fani.rachmita@itdp.org
The Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) bekerja di seluruh dunia untuk merancang dan mengimplementasikan sistem transportasi yang berkualitas tinggi dan juga kebijakan-kebijakan yang dapat membuat kota menjadi lebih hidup, lebih layak untuk ditinggali dan berkelanjutan.
ITDP adalah lembaga nonprofit yang terdepan dalam inovasi dan menyediakan keahlian teknis untuk mengakselerasi pertumbuhan transportasi berkelanjutan dan perkembangan perkotaan di seluruh dunia. Melalui proyek transportasi, pembuatan kebijakan dan publikasi penelitian, kami bekerja untuk mengurangi emisi karbon, menambahkan inklusi sosial dan meningkatkan kualitas hidup warga perkotaan.
www.itdp-indonesia.org |facebook.com/ITDP Indonesia |Twitter & Instagram: @itdpindonesia