Share this
Sejak awal tahun 2018, ITDP Indonesia melakukan in-depth survey di 3 kampung (setara RW) di Jakarta sebagai upaya untuk meningkatkan jaringan fasilitas pejalan kaki di Jakarta. Salah satu kampung yang berpotensi dalam pengembangan jaringan fasilitas pejalan kaki di area Jakarta Utara adalah RW 01 Sunter Jaya.
Kampung yang menjadi pemenang Program Kampung Iklim (Proklim) ini memang memiliki kelembagaan yang kuat. Arisan yang diadakan rutin oleh berbagai kelompok masyarakat baik pria maupun wanita hingga inisiatif tinggi dari warganya dalam meningkatkan kenyamanan dan keamanan lingkungan. Yang menjadi salah satu perhatian adalah bagaimana kelompok wanita di RW01 Sunter Jaya menjadi motor penggerak kehidupan kampung. Dipimpin oleh ibu RW yang dipanggil dengan nama suami (pak RW), Sukartono, yang menjadi pemimpin para kader-kader organisasi kemasyarakatan di tingkat RW. Mulai dari kader Proklim hingga Kader Jumantik, ibu-ibu RW01 selalu bersemangat dalam menjadikan lingkungannya aman dan nyaman bagi keluarga mereka untuk ditinggali.
Melihat besarnya peranan perempuan di RW01 Sunter Jaya, UN Women sebagai lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemberdayaan perempuan menyatakan ketertarikannya untuk mengenal lebih dekat warga RW01 Sunter Jaya. Bersepakat, ITDP Indonesia dan UN Women Indonesia kemudian mengadakan lokakarya (workshop) bagi ibu-ibu warga RW01 Sunter Jaya dimana workshop ini bertujuan untuk memetakan permasalahan yang dilihat para perempuan di RW01 Sunter Jaya dalam hal keamanan dan keselamatan serta kualitas fasilitas pejalan kaki di lingkungan mereka.
Maka pada tanggal 10 Agustus 2018, ITDP Indonesia dan UN Women Indonesia menyambangi RW01 Sunter Jaya menggandeng Ulfa Kasim aktivis gender dari KAPAL Perempuan, sebuah organisasi yang bertujuan untuk membangun gerakan perempuan dan gerakan sosial yang mampu mewujudkan keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender serta perdamaian di ranah publik dan privat. Di workshop ini, kami mengajak para ibu untuk memetakan permasalahan yang mereka temui di lingkungan mereka ketika berjalan kaki.
Di sesi pertama, kami mengajak para ibu untuk menetapkan parameter-parameter apa saja yang dipakai dalam menetapkan kondisi lingkungan berjalan kaki yang aman dan nyaman terutama bagi perempuan dan anak perempuan. Para ibu memberikan pendapat dan contoh kasus yang terjadi di lingkungan mereka yang berhubungan dengan parameter yang kami sajikan. Dengan antusias, para ibu berceloteh dan bercerita serta bertanya kepada para fasilitator.
Di sesi kedua, kami mengajak para ibu untuk memetakan lingkungan mereka dengan menandai wilayah-wilayah yang mereka anggap Aman, Rawan dan Bahaya menggunakan parameter yang sudah ditentukan oleh para ibu sendiri. Dibagi dalam kelompok, para ibu ini kemudian berdiskusi dan bekerja sama mengisi peta yang disediakan. Hebatnya, para ibu dengan fasih menuliskan nama-nama gang dan jalan di seluruh RW yang terdiri dari 24 RT ini. Bahkan para ibu juga mengingat berbagai kasus-kasus keamanan yang terjadi di lingkungan mereka dari begal, tawuran anak dan transaksi narkoba. Setelah berdiskusi mengisi peta, ibu-ibu ini kemudian mempresentasikan temuan mereka di depan kelompok lain secara bergantian.
Workshop ini kemudian ditutup dengan kesimpulan dari Ulfa Kasim dan perasaan lega dari para ibu yang mengaku kini lebih mengenal lingkungan mereka lewat metode yang disajikan. Kami kemudian menyantap masakan rumahan yang disiapkan para ibu, nasi dan sayur asam serta lauk pauk yang menggugah selera.