Share this
Berkumpul, berdiskusi, memberi informasi, saling menginspirasi, menghasilkan rekomendasi dan bertindak, merupakan hal yang diharapkan ketika kami memutuskan untuk menyelenggarakan “Workshop: Pendekatan Kesetaraan Gender di Dalam Pembangunan Perkotaan”.
Latar belakang peserta workshop yang bervariasi menambah kaya workshop ini. Masyarakat umum, mahasiswa, aktivis, praktisi, peneliti, lembaga non-profit hingga staff pemerintahan kota maupun nasional ikut urun rembuk mencoba untuk mendiskusikan partisipasi perempuan dalam pembangunan perkotaan.
Materi-materi diberikan oleh para narasumber yang juga datang dari latar belakang berbeda. Inneke Indrarini, unit sekretariat pengarusutamaan gender dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membeberkan proses “Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Dalam Infrastruktur Perkotaan”. Inneke menjelaskan, PUPR menerapkan infrastruktur gender dimana seluruh Kebijakan/Program/Kegiatan bidang Infrastruktur PUPR, memperhatikan PERBEDAAN kebutuhan, hambatan/kesulitan, aspirasi kelompok laki-laki dan perempuan termasuk lansia, penyandang disabilitas, anak-anak dan kelompok rentan lainnya.
Sesi pemberian materi dilanjutkan Ulfa Kasim dari KAPAL Perempuan yang menceritakan tentang “Integrasi Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan Kota”. Ulfa berbagi pengalamannya dalam memberdayakan kelompok perempuan miskin dan marginal di perkotaan lewat program Sekolah Perempuan.
Riri Asnita, Kepala Seksi Perencanaan Kelengkapan Prasarana Jalan dan Jaringan Utilitas Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta, yang bertanggung jawab dalam pembangunan trotoar di area ibu kota juga membagi cerita bagaimana proses “Perencanaan dan Implementasi Pembangunan Fasilitas Pejalan Kaki Yang Melibatkan Kelompok Rentan”. Dalam sesinya, Riri menjelaskan bagaiman Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta melibatkan berbagai organisasi dan komunitas masyarakat termasuk penyandang disabilitas dalam pembangunan fasilitas pejalan kaki di Jakarta.
Sesi pemberian materi diakhiri dengan presentasi dari Deliani Siregar, Urban Planning Associate ITDP Indonesia yang bercerita tentang “Peranan Wanita dan Wajah Kota” dengan studi kasus RW 01 Sunter Jaya Jakarta Utara. Deliani menjelaskan peranan wanita di RW 01 Sunter Jaya yang mempunyai pengaruh besar dalam mengubah konsep lingkungannya menjadi area yang nyaman berjalan kaki bagi perempuan dan anak-anak.
Seperti yang diharapkan, berbagai pertanyaan dan pendapat dilontarkan para peserta setelah sesi pemberian materi selesai. Kritik membangun, rekomendasi serta opini dilontarkan dengan antusias oleh peserta kepada para pemberi materi.
Walking Audit
Setelah break makan siang, para peserta diajak untuk rileks sejenak dengan ice breaking session “Where Do You Stand”. Para peserta disajikan masing-masing 2 gambar di setiap sesi, dan harus memilih dimana mereka akan berdiri berdasarkan pilihan gambar. Sesi ini sukses menerbitkan pelbagai opini bahkan masukan mengenai kondisi sosial dan infrastruktur di perkotaan.
Walking Audit pun dimulai. Menggunakan parameter gabungan dari UN Women dan ITDP Indonesia, peserta dibagi dalam 5 kelompok dan disebar di 5 titik sekitaran Gelora Bung Karno, Senayan dan Sudirman. Para peserta diminta men-check list elemen-elemen yang berada di lokasi serta mengambil foto isu-isu yang ditemukan di lokasi masing-masing kelompok. Foto-foto dan parameter tersebut kemudian didiskusikan dengan kelompok masing-masing. Workshop ditutup dengan presentasi masing-masing kelompok.
Konsensus:
- Perlu adanya standarisasi dalam mengimplementasikan desain teknis, kebijakan, regulasi, program dan kegiatan dalam pembangunan perkotaan termasuk di antaranya adalah unsur gender dan kelompok rentan
- Perlu adanya penambahan parameter khusus untuk sensitif gender
- Perlu adanya pelatihan khusus untuk setiap stakeholders yang terlibat dalam pembangunan perkotaan termasuk vendor