Share this
Pentingnya Menciptakan Lingkungan Ramah Pejalan Kaki Dari dan Menuju Halte Transportasi Publik
Banyak yang belum menyadari bagaimana peningkatan fasilitas pejalan kaki punya kaitan erat dengan aksesibilitas dari dan menuju fasilitas publik.
Menjadikan Jakarta sebagai kota yang humanis adalah dengan membangun sarana yang saling terhubung untuk meningkatkan kualitas hidup manusianya. Hal ini dapat dimulai dengan perencanaan pembangunan kota yang ditandai dengan pembangunan infrastruktur yang inklusif dan memudahkan mobilitas masyarakat.
Penyediaan akses sebidang menuju transportasi publik adalah salah satu contoh kecil yang menandakan perubahan pola pikir dalam pembangunan kota yang humanis. Penyediaan akses sebidang ini memberikan banyak manfaat untuk pengguna transportasi publik dan sekaligus mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi publik karena akses yang lebih mudah dan cepat.
Penyediaan akses sebidang juga mendukung penciptaan fasilitas pejalan kaki yang lengkap serta menghubungkan pejalan kaki ke sistem angkutan massal dengan lebih efektif. Dengan memperbaiki fasilitas berjalan di sekitar area transit, maka trotoar memiliki keutuhan fungsi, yaitu menunjang fungsi mobilitas perkotaan.
Dalam “Jakarta NMT Vision and Guideline” yang diterbitkan ITDP Indonesia, jarak kelengkapan trotoar untuk menunjang mobilitas penumpang transportasi publik disarankan 500 – 1000 meter dari titik pusat halte dan stasiun atau sama dengan 10 menit berjalan kaki. Transportasi publik yang dimaksud meliputi:
- Halte atau stasiun dengan kapasitas tinggi (seperti Transjakarta, KRL Commuter Line, MRT, LRT)
- Halte atau stasiun dengan direct transit service yang menghubungkan kawasan tersebut dengan poin sebelumnya dalam jarak 5 km
AKSES BARU TRANSJAKARTA
Di bulan Agustus 2018, 2 halte Transjakarta di Koridor 1 (Blok M – Kota) mendapat perubahan struktur akses. Dua halte tersebut adalah halte Sarinah dan halte Bank Indonesia yang terletak di persimpangan besar yaitu simpang Wahid Hasyim dan simpang Kebun Sirih. Perbaikan akses ini adalah hasil kolaborasi Transjakarta dan Dinas Bina Marga dalam rangka peningkatan fasilitas pejalan kaki di Jakarta. Kini, pengguna Transjakarta dapat mencapai halte tanpa harus berjibaku mendaki Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).
MOBILITAS PENGGUNA TRANSJAKARTA LEBIH CEPAT
Sesuai hitungan yang dilakukan ITDP, yang dilakukan pada jam sibuk sore selama 30 menit (Pkl. 17:30 – Pkl. 18:00), akses baru halte Transjakarta Sarinah mampu memberikan layanan akses lebih cepat untuk mencapai halte.
Jika pengukuran waktu dimulai dari trotoar sisi timur tepat di depan gedung Sarinah, pengguna Transjakarta yang berjalan menaiki tangga JPO disambung bidang ramp turun menuju halte hingga sampai di gerbang tap in Transjakarta, setidaknya harus menghabiskan waktu 190 detik.
Sedangkan dari titik yang sama dan rima langkah yang sama, akses menuju gerbang tap in Sarinah dengan menggunakan zebra cross memakan waktu tidak lebih dari 50 detik, atau 4 kali lebih cepat untuk mengakses halte Sarinah dari trotoar. Meningkatnya waktu akses menuju halte Transjakarta memberikan poin positif karena telah memotong waktu tunggu dan perjalanan penumpang Transjakarta.
PERUBAHAN PERILAKU PENGGUNA TRANSJAKARTA & PEJALAN KAKI
Pada proses transisi pembaharuan simpang dan akses halte, ITDP melakukan survei penghitungan pedestrian (pedestrian count), sebelum dan setelah perbaikan simpang dan akses dilakukan. Dimulai tanggal 19 Juli 2018 hingga 21 Agustus 2018 ketika pembaharuan ini disosialisasikan. ITDP Indonesia menemukan perubahan signifikan pada perilaku pejalan kaki penumpang Transjakarta dan pejalan kaki yang melintasi area sekitar halte Transjakarta Sarinah dan Bank Indonesia.
Di halte Transjakarta Bank Indonesia, ada lebih dari 60% pengguna Transjakarta beralih ke zebra cross setelah perbaikan simpang dan akses serta sosialisasi dilakukan. Sementara di halte Transjakarta Sarinah, lebih dari 30% pengguna Transjakarta beralih menggunakan zebra cross setelah perbaikan simpang dan akses berikut sosialisasi selesai dilakukan.
Angka yang tertera di atas merupakan angka yang sangat dinamis, dan diperkirakan perpindahan menggunakan akses baru ini akan terus bertambah, apalagi setelah halte Transjakarta Sarinah memindahkan pos polisi di akses baru serta penambahan penunjuk jalan untuk sosialisasi kepada masyarakat baik pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor.
PATUT DIAPRESIASI
Akses baru di 2 halte Transjakarta ini merupakan langkah yang baik dan patut diapresiasi, karena menciptakan lingkungan ramah pejalan kaki di sekitar transportasi publik adalah hal krusial. Bagi pengguna transportasi publik, ini bisa menjadi penentu, apakah mereka akan melanjutkan perjalanan menggunakan transportasi publik atau memilih moda transportasi lain yang lebih mudah diakses.