Share this
Konektivitas dari dan menuju moda angkutan umum massal merupakan elemen paling krusial yang dapat menentukan apakah warga akan menjadikan transportasi massal tersebut sebagai moda andalan sehari-hari.
Peningkatan konektivitas penumpang dari/ke stasiun angkutan umum massal sekurang-kurangnya harus dilakukan dalam radius 500 meter dari lokasi stasiun. Radius 500 meter diambil dari asumsi kerelaan masyarakat Jakarta untuk berjalan kaki menuju stasiun transportasi publik terdekat. Peningkatan konektivitas termasuk di antaranya; peningkatan kualitas infrastruktur pejalan kaki dan pesepeda serta intervensi untuk pengurangan kecepatan kendaraan pribadi demi keamanan pejalan kaki dan pesepeda saat beraktivitas.
MRT Jakarta sebagai moda transportasi massal yang baru hadir di Jakarta, sudah harus mulai menaruh perhatian penuh pada konektivitas penumpang dari/ke stasiun. Hal ini berkaitan dengan kenyamanan pengguna dan juga dapat mendorong lebih banyak warga untuk menggunakan angkutan umum massal dalam kegiatan sehari-hari. Fokus serupa perlu juga diterapkan pada moda angkutan umum massal lainnya yang ada di Jakarta seperti Transjakarta (BRT), KRL, dan LRT, mengingat semua pengguna angkutan umum massal pada dasarnya adalah pejalan kaki.
Potensi Peningkatan Konektivitas MRT Jakarta
Pada bulan Juli 2019, ITDP Indonesia melakukan “Audit Aksesibilitas Stasiun MRT” dengan menggunakan TOD Standard 3.0, sebuah dokumen panduan pengembangan kawasan perkotaan dengan menggunakan 2 prinsip dari TOD standard 3.0 yakni Walk dan Shift sebagai indikator penilaian. Selain itu, ITDP Indonesia juga menggunakan panduan “Pedestrians First”, yaitu dokumen berisi pemahaman dan pengukuran fitur-fitur untuk memprioritaskan pejalan kaki. Audit ini kemudian menghasilkan “Rangkuman Penilaian Aksesibilitas Stasiun MRT”.
- Kualitas jalur pejalan kaki di seluruh stasiun MRT Jakarta tidak memenuhi target. Namun, secara umum, kualitas jalur pejalan kaki di area sekitar stasiun bawah tanah MRT Jakarta lebih baik dibandingkan dengan area sekitar stasiun layang.
- Aspek penyeberangan dan muka bangunan aktif di seluruh stasiun MRT Jakarta tidak memenuhi target.
- Stasiun layang MRT Jakarta memiliki lebih banyak muka bangunan yang permeable dan kawasan yang terlindungi oleh peneduh.
- Area stasiun bawah tanah MRT Jakarta memiliki angka kepadatan driveway yang lebih baik.
MRT Jakarta dan ITDP Indonesia kemudian menandatangani Nota Kesepahaman untuk berkolaborasi dalam meningkatkan konektivitas pejalan kaki dan pesepeda di sepanjang koridor MRT Jakarta. Kolaborasi ini dimulai dengan diluncurkannya program #JalanJakarta.
Meningkatkan Keamanan dan Kenyamanan Bagi Pejalan Kaki
Dalam proses peningkatan konektivitas dan pembangunan infrastruktur fasilitas umum lainnya, tentunya harus memenuhi kebutuhan warga yang akan menjadi penggunanya. #JalanJakarta mencoba untuk melibatkan partisipasi dan kolaborasi warga di sekitar stasiun MRT Jakarta dengan beberapa metoda. Sebagai pilot project, dipilih 2 lokasi stasiun MRT Jakarta yaitu Lebak Bulus dan Cipete Raya. Lebak Bulus dipilih karena stasiun akhir dengan jumlah penumpang terbanyak dan termasuk dalam skor audit aksesibilitas yang rendah. Cipete Raya terpilih sebagai stasiun yang memiliki jumlah penumpang yang termasuk untuk stasiun layang selain stasiun awal dan stasiun akhir, juga dengan skor audit yang rendah.
ITDP Indonesia dan MRT Jakarta memulai #JalanJakarta dengan survei preferensi aksesibilitas pengguna MRT Jakarta di dua stasiun ini. Dilanjutkan dengan pertemuan warga sekitar stasiun yang dijembatani oleh pihak kecamatan dan kelurahan. Warga RW 06 dan RW 07 Kelurahan Gandaria Selatan menyambut antusias perbaikan aksesibilitas ini. Berdasarkan arahan warga setempat, tim ITDP Indonesia dan MRT Jakarta kemudian menemukan segmen-segmen jalan yang terkoneksi langsung Stasiun MRT Cipete Raya. Yang menarik, terdapat point of interest (POI) yaitu SDN 01 Gandaria Selatan, yang berjarak hanya 70 meter dari stasiun MRT Jakarta dengan kondisi akses pejalan kaki yang tidak aman dan nyaman bagi murid-murid SDN 01 Gandaria Selatan.
Merujuk ke Peraturan Dirjen Perhubungan Darat Nomor SK.1304/AJ.403/DJPD/2014 tentang Zona Selamat Sekolah (ZoSS), muncul sebuah desain untuk mengurangi laju kendaraan bermotor dengan memastikan berkurangnya ruang untuk kendaraan bermotor demi melindungi anak-anak usia sekolah dari kecelakaan, terutama karena lokasi sekolah ada di pinggir jalan. Masalah keamanan dalam mengakses SDN 01 Gandaria Selatan menjadi salah satu kekhawatiran warga karena ketika jam sibuk, jalan tersebut digunakan sebagai jalan alternatif kendaraan bermotor yang berkecepatan tinggi.
Dengan menggunakan metode non permanen atau tactical urbanism yang berbasis kolaborasi masyarakat, perubahan yang direalisasikan pada Minggu 25 Agustus 2018, diharap dapat meningkatkan perhatian pengemudi terhadap penurunan kecepatan dengan mengurangi ruang untuk kendaraan bermotor, memberikan rasa aman buat para murid dan masyarakat yang akan melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, serta mengubahnya menjadi gang yang ramah akan pejalan kaki.
Kolaborasi Semua Pihak
Tentunya, peningkatan konektivitas ini tidak bisa hanya dikerjakan oleh satu pihak saja. Butuh kolaborasi dari semua pihak, baik itu warga setempat, SKPD wilayah, hingga SKPD tingkat provinsi. Pilot project di RW 06 Kelurahan Gandaria Selatan ini diharapkan dapat menjadi proyek percontohan dari pihak-pihak terkait seperti, berkomunikasi dengan warga untuk menjaring informasi dan mengakomodir kebutuhan pengguna, penataan dan peningkatan keamanan kawasan berbasis POI dalam hal ini Zona Aman Sekolah hingga kolaborasi antara warga dan pemerintah yang menjadi prinsip pembangunan “City 4.0”.
Foto-foto before dan after hasil kerja bakti #JalanJakarta Cipete
Dampak Intervensi #JalanJakarta di Jalan Teladan
Volume pejalan kaki di Jalan Teladan mencapai lebih dari 200 pejalan kaki melalui Jalan Teladan per jamnya, dengan 20% pejalan kaki adalah pelajar. Tercatat, sekitar 40 pesepeda melalui Jalan Teladan dalam 1 jam. Jumlah ini hampir sama banyaknya jika dibandingkan dengan kondisi sebelum implementasi. Hal ini disebabkan karakteristik warga sekitar Jalan Teladan yang telah aktif berjalan kaki untuk mobilitas sehari-hari.
Yang kemudian digarisbawahi adalah apakah intervensi jalur pejalan kaki yang disediakan, kini digunakan oleh pejalan kaki Jalan Teladan? Setelah implementasi pembenahan, sebanyak 279 atau 80,8% pejalan kaki umum telah menggunakan jalur pejalan kaki yang disediakan. Sebanyak 109 atau 98,2% pelajar telah berjalan sesuai dengan jalur yang disediakan (*data diambil selama 2 jam pada jam sibuk pagi (pukul 06.00-08.00).
Survei kualitatif dilakukan pula kepada warga sekitar yang berjalan kaki di Jalan Teladan untuk mengetahui dampak dan evaluasi dari implementasi pembenahan aksesibilitas yang telah dilakukan (*survei dilakukan kepada 43 responden di Jalan Teladan), dengan hasil di antaranya:
Jalur Pejalan Kaki
- Pejalan kaki merasa lebih aman dan nyaman dari kendaraan bermotor
- Jalur pejalan kaki masih sering dilalui atau digunakan parkir oleh kendaraan bermotor
- Pejalan kaki yang datang dari arah jalan utama belum terbiasa berjalan di jalur pejalan kaki yang berada di sisi kanan jalan
- Beberapa responden berpendapat penegasan jalur pejalan kaki tidak memberikan pengaruh karena sejak awal jalur tersebut sudah digunakan untuk berjalan kaki
Zona Selamat Sekolah
- Zona Selamat Sekolah kurang memberikan dampak ketika jam masuk dan pulang sekolah, karena banyaknya kendaraan yang belum mengurangi kecepatan di Zona Selamat Sekolah
- Sebagian besar pengendara sudah lebih waspada dan berhati-hati
Petunjuk Arah Menuju Stasiun MRT
- Petunjuk arah jelas dan kreatif, sehingga memudahkan pejalan kaki menuju stasiun MRT baik warga maupun non warga
- Petunjuk arah dinilai memperindah daerah sekitarnya sehingga meningkatkan daya tarik kawasan
Speed Hump dan Zebra Cross
- Speed hump dan zebra cross cukup efektif dalam meningkatkan keamanan warga ketika menyeberang ke stasiun MRT
- Masih banyak pengendara motor yang tidak mengurangi kecepatan dan tidak memberikan jalan kepada pejalan kaki
Pemasangan Cermin Cembung
- Pemasangan cermin cembung sangat diapresiasi oleh warga, karena sangat membantu pengguna jalan khususnya di jalan yang sempit dan dekat Zona Selamat Sekolah, serta meningkatkan kewaspadaan pejalan kaki dan pengendara
- Masih terdapat kendaraan bermotor yang tidak memperhatikan cermin cembung