June 07, 2024

The 19th ITS Asia Pacific Forum 2024 Special Interest Session: “Transport Demand Management, The Future of Sustainable Urban Mobility”

Gonggomtua Sitanggang, Direktur Asia Tenggara ITDP, menjadi salah satu narasumber dalam special interest session di ITS Asia Pacific Forum 2024, Rabu (29/5). Special interest session bertema Transport Demand Management: The Future of Sustainable Urban Mobility ini diadakan di Jakarta Convention Center (JCC) dan turut dihadiri oleh Ririn Radiawati Kusuma dari Clean Air Asia sebagai moderator, Kenny Lee dari Teras Technology, Erika Buchari Professor di Universitas Sriwijaya, dan Chin Kian Keong seorang konsultan mobilitas dari Singapura, sebagai narasumber.

Presentasi Direktur Asia Tenggara ITDP, Gonggomtua Sitanggang

Special interest session ini menyoroti pentingnya Transport Demand Management (TDM) untuk mengatasi masalah mobilitas perkotaan. Dalam sesi presentasi, Gonggom menjelaskan bahwa dua masalah terbesar di Jakarta adalah kemacetan lalu lintas dan polusi udara. Untuk mengatasi masalah ini, Jakarta mempromosikan Transport Demand Management (TDM) yang menggabungkan push and pull policy. Pull policy bertujuan meningkatkan penggunaan transportasi umum dan moda transportasi berkelanjutan lainnya, sementara push policy mendorong pengurangan penggunaan kendaraan pribadi melalui Electronic Road Pricing (ERP), Low Emission Zones (LEZ), dan pengembangan Transit-Oriented Development (TOD).

Gonggom menjelaskan bahwa meskipun Jakarta telah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan transportasi umum dan infrastruktur Non-Motorized Transport (NMT), tingkat penggunaan moda transportasi umum masih sangat rendah, hanya sekitar 10%. Rendahnya tingkat penggunaan transportasi publik di Jakarta salah satunya diakibatkan oleh minimnya implementasi push policy yang memadai. Saat ini, kebijakan ganjil genap belum berhasil mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan justru berdampak pada meningkatnya penggunaan sepeda motor. Untuk mengatasi hal ini, ITDP Indonesia telah merekomendasikan strategi ERP, LEZ, dan manajemen parkir yang dapat membantu pemerintah provinsi Jakarta dalam menyusun perencanaan yang lebih komprehensif.

Chian Kian Keong membagikan pandangannya terkait Transport Demand Management (TDM) di Singapura. Chin Kian Keong mengungkapkan bahwa pembangunan jalan baru untuk kendaraan bukanlah solusi berkelanjutan, ia memberikan alternatif dengan optimalisasi pada penerapan Intelligent Transport System (ITS). Di Singapura, penerapan ITS tersebut meliputi pemantauan kemacetan real-time dan penyediaan informasi yang lebih baik kepada pengguna jalan. Selain itu, teknologi Multi-Lane Free Flow (MLFF) juga dianggap sebagai langkah efektif dalam mengurangi kemacetan dan emisi gas rumah kaca (GRK).

Upaya serupa juga dilakukan di Malaysia, Kenny Lee mengungkapkan bahwa Malaysia memiliki sistem tol yang sangat matang dengan teknologi MLFF. Menurutnya, operator jalan raya harus adaptif terhadap inovasi teknologi yang terus berkembang dan berkolaborasi dengan berbagai institusi dalam pengoperasian jalan raya. Plus Highway, salah satu operator jalan tol di Malaysia, telah mempersiapkan sistem untuk mengantisipasi anomali lalu lintas dengan menggunakan teknologi Machine Learning, yang mempertimbangkan berbagai variabel seperti volume lalu lintas, waktu, jenis kendaraan, cuaca, lebar jalan, dan periode liburan.

Sementara itu, Erika Buchari menjelaskan bahwa Palembang masih dalam tahap awal pengembangan transportasi umum. Untuk meningkatkan jumlah penumpang, layanan LRT yang ada perlu ditingkatkan dengan integrasi tarif transportasi umum, penyediaan fasilitas park and ride, serta penerapan tarif dengan sistem langganan (subscription based). Menurutnya, Palembang perlu dikembangkan dengan pola pikir transportasi umum multimoda atau Multi-modal Public Transport (MMPT) untuk mengidentifikasi kebutuhan mobilitas masyarakat yang beragam.

(Kiri ke kanan) Erika Buchari, Kenny Lee, Chin Kian Keong, Gonggomtua Sitanggang, dan Ririn Radiawati Kusuma dalam sesi diskusi.

Special interest session ini diakhiri oleh sesi diskusi, di mana berbagai pertanyaan diajukan oleh Ririn kepada para narasumber. Diskusi menyoroti pentingnya data yang akurat, prinsip keamanan, efisiensi, inklusivitas, dan keberlanjutan yang disesuaikan dengan kebutuhan perencanaan masing-masing kota. Jakarta, dengan visi menjadi kota global, menganggap integrasi antara pengembangan transportasi umum dan infrastruktur Non-Motorized Transport (NMT) sangat penting untuk dilakukan. Penerapan teknologi dalam meningkatkan efisiensi pengaturan lalu lintas, seperti penerapan teknologi tol di Malaysia dengan AI dan pembelajaran generatif, dapat pula digunakan di kawasan perkotaan. Selain itu, diskusi juga membahas bagaimana pengembangan transportasi di kawasan perkotaan, seperti Palembang, bergantung pada peran pemerintah dan pendanaan. Sesi ini memberikan kesempatan bagi narasumber dan juga peserta untuk bertukar pikiran tentang bagaimana Transport Demand Management (TDM) dapat diterapkan secara efektif di masing-masing kota.

Subscribe

Sign up for updates on our projects, events and publications.

SIGN UP
Send this to a friend