September 04, 2024
Transportasi Berkelanjutan, Tiket Pengembangan Kawasan Wisata
Oleh Ajani Raushanfikra, Urban Planning and Design Assistant ITDP Indonesia
Apa hubungan kota yang berorientasi pembangunan untuk pejalan kaki, pesepeda dan pengguna transportasi publik dengan pembangunan kawasan wisata? Menurut jurnal ilmiah bertajuk “Significance of the Public Transport for Tourism Development in Destinations” yang dirilis Deturope (The Central European Journal of Regional Development and Tourism) pada tahun 2023, cara orang bermobilitas sangat penting dalam pariwisata, dan salah satu elemen dasarnya adalah transportasi.
Bepergian menjadi kunci utama ketika berwisata, karena melibatkan pergerakan penumpang ke destinasi yang dituju (Kalousová & Jarábková, 2015). Orieška (2010) dan Šejvlová dkk. (2011) menyebutkan bahwa di samping masalah manajemen wisata, peranan yang paling penting dalam pembangunan pariwisata adalah infrastruktur transportasi dan kualitasnya (Navrátil dkk. 2012, 2013, 2018). Moda transportasi yang digunakan ketika berwisata terbagi menjadi moda individual seperti kendaraan bermotor pribadi (mobil dan motor) serta transportasi publik. Masih dari jurnal yang sama, transportasi publik merupakan moda yang paling cocok diimplementasikan dalam kawasan wisata karena dapat digunakan oleh seluruh orang, yang berarti lebih banyak orang yang dapat mengakses kawasan tersebut, dan menciptakan interaksi sosial karena menggunakannya dengan orang lain.
Selain transportasi publik, menurut publikasi “Investing for Momentum in Active Mobility” yang dirilis oleh World Bank pada 2021, orientasi pembangunan terhadap mobilitas aktif seperti berjalan kaki dan bersepeda juga memiliki keunggulan dari sisi sosial dan ekonomi. Menurut Mclvenny (2015, dikutip dalam World Bank, 2021), bermobilitas dengan jalan kaki atau bersepeda memiliki korelasi dengan persepsi positif terhadap suatu kawasan. Survei di kawasan bersejarah di Istanbul menyatakan 68% pengunjung merasa lebih nyaman, dan 66% pengunjung beraktivitas lebih lama di kawasan tersebut setelah adanya pedestrianisasi (Hacer, H. dkk, 2016). Mobilitas aktif juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan, dan mulai banyak diterapkan di bidang wisata berkelanjutan.
Kawasan Wisata Berbasis Transportasi Berkelanjutan
Di Surabaya, Kawasan Kota Lama merupakan kawasan bersejarah yang memiliki berbagai peninggalan berupa bangunan dengan karakter arsitektur yang beragam, tempat kuliner legendaris, hingga peristiwa bersejarah. Kawasan ini telah diakui sebagai Kawasan Strategis Sosial Budaya dalam RPJPD Kota Surabaya Tahun 2005-2025 dan ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya. Dengan kekayaan sejarah dan budaya yang dimilikinya, kawasan ini memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai destinasi wisata.
Untuk memaksimalkan potensi wisata di Kawasan Kota Lama Surabaya, perlu adanya pengembangan infrastruktur yang berorientasi pada pejalan kaki, pesepeda, dan transportasi publik. Pemerintah Kota Surabaya telah memulai perencanaan revitalisasi kawasan ini pada tahun 2023 untuk meningkatkan aksesibilitas dan daya tarik kawasan bagi pengunjung.
Pada tahun 2023, ITDP Indonesia berkesempatan mendampingi Pemerintah Kota Surabaya dalam pengembangan Kawasan Kota Lama dengan keluaran rekomendasi perencanaan dan pembangunan kawasan Kota Lama dengan menerapkan strategi peningkatan konektivitas pada kawasan ini dengan moda transportasi berkelanjutan. Ketika berkunjung ke kawasan Kota Lama, teridentifikasi perlunya dorongan untuk masyarakat menggunakan transportasi publik dan melanjutkan perjalanan berkeliling kawasan menggunakan transportasi tidak bermotor dengan penyediaan fasilitas dan infrastruktur. Dengan pembangunan berorientasi pada fasilitas dan infrastruktur transportasi tidak bermotor seperti berjalan kaki dan sepeda, pengunjung dapat melaju lebih lambat sehingga kawasan dapat lebih dinikmati. Selain itu, transportasi tidak bermotor juga tidak menghasilkan polusi sehingga kualitas udara juga lebih baik dan menjadikan kawasan lebih nyaman.
Perencanaan dan Pembangunan Kawasan
Memahami perspektif berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan kawasan ini termasuk warga, pengunjung, warga lokal yang tinggal dan bekerja di dalam kawasan serta para perencana ahli menjadi kunci dalam menyusun rekomendasi untuk perencanaan dan pembangunan kawasan Kota Lama.
Selama pengerjaan rekomendasi di bulan Mei hingga Oktober 2023, ITDP melakukan korespondensi dengan dinas-dinas terkait seperti Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan (DPRKPP), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang), Dinas Perhubungan (Dishub), Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), dan Disbudporapar Kota Surabaya. Diskusi yang dilakukan dengan dinas-dinas tersebut meliputi visi, perencanaan dan langkah aksi yang akan dilakukan agar sinergis satu sama lain, serta sesuai dengan kebutuhan pengguna kawasan.
Untuk dapat memahami isu dan kebutuhan pengguna kawasan dalam beraktivitas di kawasan Kota Lama, ITDP Indonesia melakukan beragam pendekatan. Selain analisis data sekunder, survei lapangan pendahuluan dan pelengkapan data melalui diskusi dan kunjungan lapangan bersama komunitas juga dilakukan. Tak hanya itu, survei kuisioner yang dibagikan pada para wisatawan Kota Lama serta wawancara pengguna kawasan.
Diskusi dan kunjungan lapangan dilakukan pada bulan Agustus 2023, melibatkan tiga komunitas pejalan kaki dan pegiat wisata lokal Surabaya yaitu, Oud Soerabaja Hunter, Bersukaria Walk Surabaya dan Koalisi Pejalan Kaki (Kopeka) Surabaya. Kunjungan lapangan dilakukan pada dua waktu, yaitu di pagi-siang hari dan juga di malam hari. Rombongan berjalan kaki menjelajahi Zona Eropa, Zona Pecinan serta Zona Ampel-Melayu. Setelah berkeliling, diskusi isu dan persepsi selama berjalan kaki di dalam kawasan, serta identifikasi beberapa potensi pengembangan di Kota Lama dilakukan. Melalui kunjungan lapangan dan survei tersebut, isu aksesibilitas pejalan kaki di kawasan Kota Lama juga teridentifikasi, di antaranya kesulitan menyeberang dan ketersediaan jalur yang selamat bagi pejalan kaki.
Persepsi keselamatan saat berjalan kaki yang rendah cukup banyak disebabkan oleh ruas jalan di Kawasan Kota Lama Surabaya yang masih didominasi oleh kendaraan bermotor dan laju kendaraan yang kencang. Persimpangan di kawasan ini juga tidak dilengkapi APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas). Selain itu, ketidakhadiran aktivitas di malam hari serta kurangnya penerangan pada ruang jalan dan bangunan juga menurunkan persepsi keamanan pejalan kaki. Dari survei kuisioner yang dilakukan, didapati sebagian besar pengunjung menuju kawasan ini dengan kendaraan bermotor pribadi terjadi karena kurangnya opsi transportasi publik yang melayani kawasan.
Becak kayuh menjadi salah satu opsi pengembangan yang sesuai di kawasan ini karena kesesuaian dengan karakter “jadul” dan menggunakan moda yang tidak beremisi. Selain itu, sebelumnya, Pemerintah Kota Surabaya juga telah memiliki program becak wisata yang memungkinkan wisatawan berkeliling kawasan dengan becak kayuh. Wawancara ke penyedia jasa becak kayuh di kawasan ini terkait potensi tersebut dilakukan. Dari hasil wawancara, banyak penyedia jasa becak kayuh yang belum mengetahui informasi pengembangan becak wisata dari Pemerintah Kota Surabaya. Namun, ke depannya mereka bersedia untuk berpartisipasi dalam program tersebut, tidak hanya untuk mengantar penumpang, tetapi juga menjadi penutur wisata dan mengambil dokumentasi pengunjung di titik-titik menarik dalam kawasan.
Perlu Adanya Peningkatan dari Sisi Konektivitas, Aksesibilitas, serta Aktivitas dalam Kawasan
Saat ini, terdapat dua pilihan moda transportasi publik yang melayani kawasan Kota Lama Surabaya, yaitu Suroboyo Bus rute R1/R2 serta Kereta Rel Diesel (KRD) yang berhenti di Stasiun Surabaya Kota. Kedua titik tersebut belum berada dalam jangkauan nyaman berjalan kaki dari seluruh kawasan. Selain memudahkan pengunjung menuju berbagai zona dalam kawasan, penambahan moda dan titik pemberhentian transportasi publik yang melayani Kawasan Kota Lama juga berpotensi meningkatkan jumlah pengunjung kawasan. Dalam hal ini meningkatkan konektivitas Kota Lama dengan berbagai kawasan lainnya di Surabaya.
Peningkatan aksesibilitas menjadi poin mutlak yang harus dipenuhi. Termasuk di antaranya, fasilitas pejalan kaki yang selamat di ruas jalan serta penambahan fasilitas penyeberangan yang selamat, nyaman, aman dan inklusif. Intervensi untuk meningkatkan keselamatan pejalan kaki dapat dilakukan menyesuaikan masing-masing karakteristik jalan (melalui pendekatan tipologi). Penyediaan sistem informasi yang lengkap di kawasan ini, termasuk terkait lokasi Point of Interests wisata, stasiun transportasi publik, dan rekomendasi rute wisata juga dapat menunjang aksesibilitas di dalam kawasan. Melengkapi konektivitas dan aksesibilitas, di Kawasan Kota Lama juga dapat dilakukan dengan mengaktivasi atau penambahan kegiatan di luar jam sibuk kawasan. Penambahan kegiatan di kawasan ini, selain akan meningkatkan daya tarik, juga dapat berpengaruh terhadap persepsi keamanan pengunjung ketika berjalan kaki atau bersepeda di dalam kawasan.
Sebuah Langkah Awal: Sinergi Pengembangan Kawasan dengan Transportasi Berkelanjutan di Kota Surabaya
Rekomendasi ITDP bertajuk “Rekomendasi Peningkatan Konektivitas dan Aksesibilitas Kawasan Kota Lama Surabaya” merangkum seluruh isu yang teridentifikasi, serta enam poin rekomendasi yang secara garis besar mencakup rekomendasi peningkatan konektivitas, aksesibilitas dan aktivitas. Penyerahan dokumen dilakukan pada Bulan November 2023 kepada DPRKPP Kota Surabaya sebagai perwakilan. Setelah penyerahan rekomendasi, perencanaan mendetail serta pelaksanaan konstruksi di Zona Eropa Kota Lama dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya pada Desember 2023 hingga Mei 2024.
Pada Bulan Juni 2024, kami berkesempatan mengikuti kegiatan launching Kawasan Kota Lama Surabaya yang telah direvitalisasi. Kami menyaksikan bagaimana pengunjung merasa lebih nyaman menjelajahi kawasan ini dengan adanya perbaikan terhadap halte, jalur pejalan kaki, ruas jalan, dengan penambahan penyeberangan. Bangunan-bangunan bersejarah pun telah diupayakan kembali “hidup” dengan adanya informasi, cerita tentang sejarah kawasan, serta penerangan yang lebih memadai. Armada Suroboyo Bus yang melewati kawasan ini pun menurunkan banyak penumpang.
Upaya peningkatan aksesibilitas dan konektivitas di Kota Lama telah dapat kita saksikan. Meskipun begitu, masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan potensi kawasan ini menjadi kawasan yang berkelanjutan. Sebagai contoh, pengembangan rute transportasi publik bebas emisi serta pemanfaatan lahan terbangun dengan fungsi lahan yang beragam. Kota Lama menjadi titik awal berkembangnya Kota Surabaya. Semoga, kawasan ini dapat terus ‘hidup’ dan kembali menjadi ‘titik awal’ pengembangan kawasan terpadu yang bersinergi dengan pengembangan transportasi berkelanjutan di Kota Surabaya.
Baca selengkapnya dokumen berjudul “Rekomendasi Peningkatan Konektivitas dan Aksesibilitas Kawasan Kota Lama Surabaya.”
Referensi:
- Samkova L., Navratil J. (2023). Significance of the Public Transport for Tourism Development in Destinations. Deturope The Central European Journal of Regional Development and Tourism.
- World Bank. (2021). Investing for Momentum in Active Mobility.
- Demir H., dkk. (2016). Evaluation Environmental and Social Impacts of Pedestrianization in Urban Historical Areas: Istanbul Historical Peninsula Case Study.