November 05, 2024
Kawasan Berorientasi Transportasi Publik dalam Konsep ‘Jakarta Kota Global’
Rujak Center for Urban Studies mengadakan dialog interaktif bertajuk “Jakarta Kota Global, Kota Global Apaan Sih?” pada 24 Oktober 2024 di Ruang Belajar Alex Tilaar, Jakarta Pusat. Dialog interaktif yang dipandu oleh Reza Adhiatma ini menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Dian Tri Irawaty dari Rujak Center for Urban Studies, Miya Irawati dari Public Virtue, Carlos Nemesis dari ITDP Indonesia, dan Dicko Purnomo dari Jaringan Rakyat Miskin Kota.
Dalam dialog interaktif tersebut, Carlos Nemesis, Urban Planning Associate ITDP Indonesia, menyampaikan pandangannya mengenai konsep kota global yang sering disebut dalam dokumen pemerintah. Carlos menyoroti bahwa terdapat berbagai kendala dalam mewujudkan Jakarta sebagai kota global, terutama terkait proporsi penggunaan transportasi publik yang hanya sekitar 10% dari target ambisius sebesar 55% pada tahun 2044 dan implementasi Kawasan Berorientasi Transportasi Publik (Transit Oriented Development, “TOD”) yang masih jauh dari optimal.
Konsep TOD memiliki potensi besar dalam mengintegrasikan transportasi publik dan kawasan permukiman, tetapi di beberapa lokasi seperti area sekitar LRT Jabodebek, pengembangan Transit Oriented Development (TOD) lebih banyak dikuasai oleh pengembang yang berfokus pada pertumbuhan ekonomi. Kawasan-kawasan ini sering kali dipenuhi oleh pusat perbelanjaan dan apartemen mewah, sehingga menyulitkan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk mendapatkan hunian yang terjangkau. Meskipun dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta telah ditetapkan bahwa 20% dari hunian di area TOD harus berupa hunian terjangkau, tantangan untuk mewujudkannya masih sangat besar.
Lebih lanjut, Carlos menyatakan kekhawatiran terhadap keberadaan tol dalam kota yang dapat menghambat efektivitas kebijakan transit, serta potensi kenaikan harga tanah yang dapat mengakibatkan pemukiman warga berpenghasilan rendah tergusur seiring berjalannya rencana pembangunan perkotaan ini. Ia menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap dampak sosial ini agar rencana kota global yang dicanangkan tidak memperburuk ketimpangan yang sudah ada.
Carlos mendorong pemerintah untuk lebih kritis terhadap indikator kota global yang hendak diterapkan di Jakarta. Menurutnya, keberhasilan Jakarta sebagai kota global seharusnya tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi atau megahnya infrastruktur, tetapi juga dari kemampuan kota dalam menciptakan kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh warganya.
Saksikan tayangan ulang dialog interaktif “Jakarta Kota Global, Kota Global Apaan Sih?” di sini.