December 12, 2024

Di mana Sepeda di Kota Lama Surabaya?

Oleh Ciptaghani Antasaputra, Sr. Transport & Design Engineering Associate ITDP Indonesia 

Di Surabaya, bersepeda bukan hanya dianggap sebagai aktivitas olahraga, tetapi juga telah menjadi bagian penting dari kebutuhan mobilitas sehari-hari. Berdasarkan survei di empat kawasan oleh Tim Konsorsium Surabaya Kota Ramah Bersepeda di bawah kampanye Cycling Cities, kegiatan bersepeda warga  sebagai moda transportasi terlihat di kawasan-kawasan padat penduduk dengan keragaman tata ruang, seperti permukiman, area komersial, pusat perdagangan, sekolah, dan pusat perbelanjaan.

Aktivitas sehari-hari masyarakat mencerminkan beragam penggunaan sepeda, seperti lansia yang pergi ke pasar, orang dewasa (khususnya perempuan) yang berjualan atau berobat ke puskesmas, hingga membawa barang belanjaan. Selain itu, banyak anakanak yang menggunakan sepeda untuk pergi sekolah, terutama karena jaraknya yang relatif dekat dari tempat tinggal mereka. 

Kota Lama salah satunya, dengan luas 128 hektare, merupakan kawasan yang memiliki ragam tata ruang dan tingkat mobilitas yang tinggi, di mana sekitar 60% area didominasi oleh permukiman serta kegiatan perdagangan dan jasa.  

Berdasarkan survei penghitungan sepeda (cyclist counting) oleh Tim Konsorsium Surabaya Kota Ramah Bersepeda,  kawasan Kota Lama dilalui sekitar 40 pesepeda per jam pada waktu-waktu sibuk. Hal ini menegaskan pentingnya sepeda sebagai moda transportasi di wilayah ini.  

Tingginya tingkat kunjungan wisata juga memberikan nilai tambah bagi kawasan ini. Sepeda roda tiga, seperti becak dan sepeda kargo, kerap dimanfaatkan oleh wisatawan maupun masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan mobilitas sehari-hari.  

Namun, infrastruktur sepeda di Surabaya saat ini masih terbatas pada koridor jalan utama, sementara akses di jalan-jalan kecil di area kawasan belum memadai atau bahkan tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa hak atas ruang yang aman bagi pengguna sepeda belum sepenuhnya terpenuhi. Akibatnya, pengguna sepeda sering berbagi ruang dengan kendaraan bermotor, yang meningkatkan risiko keselamatan. 

Kondisi ini menunjukkan perlunya perhatian lebih dalam penyediaan infrastruktur sepeda yang inklusif dan merata, terutama di area-area kawasan dengan intensitas penggunaan sepeda yang tinggi. Dengan dukungan infrastuktur yang lebih baik, bersepeda dapat menjadi alternatif transportasi yang lebih aman, nyaman, dan berkelanjutan. 

Kampanye Cycling Cities: Menuju Surabaya Ramah Bersepeda 

Cycling Cities adalah kampanye global dari ITDP yang bertujuan menyediakan instrumen bagi berbagai pihak untuk menjadikan bersepeda pilihan transportasi aman dan terjangkau di kota-kota dunia. Melalui kampanye Cycling Cities, program “Menuju Surabaya Ramah Bersepeda” yang melibatkan Tim Konsorsium Surabaya Kota Ramah Bersepeda (terdiri atas SubCyclist, Substitute Makerspace, FDTS/Transport for Surabaya, dan Haloijo) merekomendasikan pengembangan infrastruktur jalur sepeda berbasis kawasan. Kota Lama menjadi salah satu kawasan yang dianggap memiliki urgensi tinggi untuk dikembangkan sebagai kawasan ramah bersepeda. Langkah ini sejalan dengan rencana strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), dan kebijakan pemerintah untuk merevitalisasi Kota Lama sebagai kawasan yang wisata yang berkelanjutan. 

Kriteria utama yang mendukung prioritas ini mencakup: 

  • Keberagaman guna lahan, seperti permukiman, perdagangan, dan jasa. 
  • Akses terhadap fasilitas publik dasar, seperti pasar, sekolah, dan pusat kesehatan. 
  • Konektivitas dengan jalur sepeda utama, untuk mendukung mobilitas antar kawasan. 
  • Integrasi dengan layanan transportasi publik, memungkinkan perjalanan multimoda. 
  • Akses strategis ke pusat kota, mendukung peran Kota Lama sebagai pusat aktivitas dan pariwisata.  

Selain kriteria di atas, berdasarkan Rekomendasi Peningkatan Konektivitas dan Aksesibilitas Kota Lama Surabaya, pengembangan kawasan juga dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kerentanan mobilitas aktif (pejalan kaki dan sepeda), dan level of traffic stress (LTS). Pendekatan ini memastikan kawasan yang dikembangkan tidak hanya fungsional, tetapi juga mendukung keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Sebagai bagian dari studi ini, 43 ruas jalan yang dianalisis, menunjukkan rekomendasi sebagai berikut: 

  • 53% Complete Street: Jalan ramah pejalan kaki, pesepeda, dan kendaraan umum dengan desain yang mengutamakan keselamatan dan kenyamanan. 
  • 42% Shared Street: Jalan berbagi untuk semua moda transportasi dengan aturan khusus demi keselamatan. 
  • 4% Khusus Pejalan Kaki & Sepeda: Jalan eksklusif untuk pejalan kaki dan pesepeda, bebas dari kendaraan bermotor. 
Ruas jalan prioritas berdasar tingkat kerentanan mobilitas aktif dan level of traffic stress (LTS) pada pengembangan kawasan Kota Lama. ITDP Indonesia, 2024.
Contoh penerapan prinsip complete street pada Jalan Kembang Jepun di area kawasan Kota Lama. ITDP Indonesia, 2024.

Selain melalui program resmi pemerintah, pengembangan kawasan ramah bersepeda juga dapat dimulai lebih dini dengan pendekatan swadaya oleh masyarakat dan komunitas menggunakan konsep tactical urbanism, pendekatan untuk merancang kembali ruang perkotaan (infrastruktur sepeda dapat menjadi salah satunya) secara cepat, sederhana, dan hemat biaya dengan mengaplikasikan perbaikan yang bersifat sementara (temporer) dan menggunakan material yang mudah didapat atau dimiliki warga. Tactical urbanism memberikan wadah untuk menguji coba rancangan, mengukur dampak yang dihasilkan, dan mendorong perbaikan secara permanen oleh pemerintah. 

Contoh kasus dapat dilihat di Kelurahan Krembangan, salah satu area di Kota Lama dengan dominasi permukiman yang dihuni oleh sekitar 21.000 jiwa. Melalui serangkaian kegiatan Kelompok Diskusi Terpumpun yang bersifat partisipatif kolaboratif, rancangan infrastruktur sepeda dapat diwujudkan dengan material yang sederhana dan metode yang cepat. Namun, untuk menciptakan dampak jangka panjang, kolaborasi dengan pemerintah diperlukan guna mempermanenkan desain, meningkatkan kualitas infrastruktur, serta memastikan keberlanjutannya.  

FGD pengembangan kawasan ramah bersepeda. ITDP Indonesia, 2024.

Dari Kota Lama untuk Surabaya Ramah Bersepeda 

Selain Kota Lama, terdapat 23 kawasan lain yang berpotensi untuk direplikasi sebagai kawasan ramah bersepeda dengan pendekatan tactical urbanism dengan lima kawasan prioritas tertinggi, yaitu Tunjungan, Ambengan, Peneleh, Pasar Bong, dan Tambak Bayan. Namun, untuk meningkatkan konektivitas antar kawasan, diperlukan pengembangan jaringan berbasis koridor. Saat ini, terdapat terdapat kurang lebih dari 40.6 km jalur sepeda di koridor utama, namun masalah terkait keamanan dan kenyamanan pengguna sepeda masih menjadi tantangan utama. Survei terhadap 170 responden menunjukkan 88% merasa tidak aman menggunakan jalur sepeda karena gangguan kendaraan bermotor dan menyetujui jalur sepeda terproteksi dapat meningkatkan rasa aman pesepeda.  

Oleh karena itu, diperlukan pembangunan jalur sepeda yang didesain berdasarkan pertimbangan volume dan kecepatan kendaraan bermotor, untuk memastikan terciptanya desain dan tipologi jalur sepeda yang aman dan inklusif. Pengembangan jaringan sepeda berbasis koridor menggunakan prinsip complete street direkomendasikan, dengan panjang total yang mencapai 67,95 km. Jaringan sepeda ini direncanakan untuk dibangun dalam lima tahap selama lima tahun, dengan proyeksi pertumbuhan jalur sepeda sebanyak 10% per tahun. Setelah seluruh jalur sepeda terimplementasi, diperkirakan panjang total jaringan sepeda akan mencapai 108 km.  

Rekomendasi pengembangan jalur sepeda berbasis koridor selama lima tahun pembangunan yang terintegrasi dengan kawasan prioritas. ITDP Indonesia, 2024.
Rekomendasi tipologi jalur sepeda berbasis koridor menggunakan prinsip complete street pada jalan dengan ROW 30 meter. ITDP Indonesia, 2024.

Perencanaan jalur sepeda di Kota Lama menjadi langkah awal penting dalam membangun transportasi berkelanjutan di Surabaya. Sebagai kawasan bersejarah dengan aktivitas mobilitas tinggi, Kota Lama menunjukkan potensi besar untuk menjadi model kawasan ramah pesepeda yang terintegrasi. 

Jaringan jalur sepeda berbasis koridor di kawasan ini akan didukung oleh fasilitas seperti parkiran sepeda, sistem penyewaan, dan kebijakan pengelolaan kendaraan bermotor. Langkah ini tidak hanya meningkatkan kenyamanan dan keamanan pesepeda, tetapi juga mempercepat transisi menuju moda transportasi yang lebih ramah lingkungan. 

Melalui pengembangan ini, Kota Lama berperan sebagai inspirasi untuk kawasan lain di Surabaya dalam menciptakan ekosistem bersepeda yang inklusif. Selain mengurangi emisi karbon, inisiatif ini juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Surabaya secara keseluruhan. 

Subscribe

Sign up for updates on our projects, events and publications.

SIGN UP
Send this to a friend