December 11, 2024

Langkah Selanjutnya Menuju Transportasi Publik Jakarta yang Inklusif

Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional, ITDP Indonesia menggelar diskusi publik bertajuk Langkah Selanjutnya Menuju Transportasi Publik Jakarta yang Inklusif pada 10 Desember 2024 di kantor ITDP Indonesia, Jakarta Pusat. Dimoderatori oleh Devina Heriyanto dari Project Multatuli dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube ITDP Indonesia, diskusi ini membahas berbagai isu terkait aksesibilitas dan transportasi yang inklusif bagi penyandang disabilitas dengan Aulia Rahmatunnisa, PLT Kepala Departemen Relasi Pelanggan Transjakarta; Bagus Supriyanto, Anggota GAUN (Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional) dan PERTUNI (Persatuan Tunanetra Indonesia); Nunik Nurjanah, Program Analyst UN Women Indonesia; dan Deliani Siregar, Urban Planning & Inclusivity Manager ITDP Indonesia, sebagai pembicara.  

Sebagai pembuka diskusi, Nunik Nurjanah, Program Analyst UN Women Indonesia, menyoroti tingginya angka kekerasan terhadap perempuan, dengan 289.111 kasus tercatat, sementara angka yang tidak dilaporkan jauh lebih besar. Ia juga menyampaikan data dari Komnas Perempuan yang mencatat 110 kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas pada 2023, serta hasil survei Koalisi Ruang Publik Aman 2022 yang menunjukkan lebih dari 3.500 kasus pelecehan terhadap perempuan di ruang publik, dengan 23% di antaranya terjadi di transportasi umum. Nunik menekankan pentingnya penyediaan informasi layanan pencegahan kekerasan seksual secara inklusif di armada transportasi publik, serta perlunya pelibatan kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas, dan lansia dalam pemantauan rutin terhadap layanan tersebut. 

Bagus Supriyanto, anggota GAUN dan PERTUNI, melanjutkan sesi diskusi dengan membahas upaya meningkatkan inklusivitas transportasi publik melalui hasil kolaborasi ITDP Indonesia, Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN), Persatuan Tuna Netra Indonesia (PERTUNI), dan Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ), dalam pengembangan panduan dan rekomendasi transportasi inklusif yang kemudian diwujudkan dalam fitur-fitur inklusif seperti siku penanda tapping gate dan peta denah halte dengan Braille di 13 halte inklusif di Jakarta pada 2023 dan selanjutnya diimplementasikan lebih luas di 144 halte Transjakarta pada 2024. Meskipun demikian, Bagus menyoroti beberapa perbaikan yang perlu dilakukan, seperti penempatan tombol Braille pada lift yang sering kali tidak terbaca dan penempatan siku “L” tapping gate yang tidak tepat, sehingga membingungkan penyandang disabilitas netra. 

Pak Bagus juga menekankan pentingnya sosialisasi yang lebih luas agar penyandang disabilitas netra dapat memanfaatkan fasilitas dengan lebih baik. Ia berharap fasilitas ini semakin diperluas dan disosialisasikan untuk mendukung penyandang disabilitas agar dapat mengakses transportasi umum secara mandiri. “Harapannya dengan transportasi yang akses untuk semua orang, mempermudah untuk disabilitas untuk beraktivitas atau berpergian. Masih banyak yang harus masih didampingi keluarga. Agar tidak membatasi dari kemampuan dan keahlian yang dimiliki supaya bisa beraktivitas dan bekerja,” ujarnya. 

Menanggapi paparan dari Pak Bagus, Aulia Rahmatunnisa, PLT Kepala Departemen Relasi Pelanggan Transjakarta, mengakui bahwa masih banyak “PR” yang perlu dibenahi, terutama dalam meningkatkan sosialisasi dan pemahaman mengenai fasilitas ataupun fitur-fitur inklusif tersebut. Ia menambahkan bahwa Transjakarta terus berupaya membuat layanannya lebih inklusif, termasuk melalui pin perista hingga layanan Transjakarta Care, yang menyediakan transportasi khusus bagi pelanggan disabilitas. Aulia juga menyampaikan bahwa saat ini 2,30% karyawan Transjakarta adalah penyandang disabilitas. Menurutnya, penyandang disabilitas bukanlah keterbatasan, mereka memiliki kompetensi yang dapat membantu meningkatkan layanan.  

Sebagai penutup diskusi, Deliani Siregar, Urban Planning & Inclusivity Manager ITDP Indonesia, mengingatkan pentingnya melibatkan penyandang disabilitas sebagai tenaga ahli dalam pengembangan dan replikasi fasilitas inklusif di transportasi publik. Pada 2024, ITDP Indonesia melakukan survei terhadap pengembangan fasilitas halte inklusif yang kini telah diadopsi di 144 halte Transjakarta. Meskipun replikasi dilakukan dengan cepat, penerapannya memerlukan penyesuaian di beberapa halte, sehingga pelibatan penyandang disabilitas dalam proses ini sangat diperlukan. 

Deliani berharap upaya untuk mewujudkan transportasi publik yang inklusif terus berlanjut, mengingat masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Ia menekankan bahwa kolaborasi adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendukung penyandang disabilitas, memberikan akses ke layanan dasar, dan memberdayakan mereka. “Disabilitas bukan karena ketidakmampuan, tetapi karena lingkungan yang tidak mendukung. Ketika lingkungan mendukung, akan banyak akses ke layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, yang tidak hanya memberikan akses, tapi juga memberdayakan,” ujarnya.

Selain diskusi publik, ITDP Indonesia juga mengadakan mini gathering yang melibatkan perwakilan operator transportasi publik, pemerintah, komunitas masyarakat sipil dengan fokus pada penguatan kebijakan dan praktik transportasi ramah disabilitas, serta teman-teman disabilitas dari GAUN, PERTUNI, Gerkatin, dan YAPESDI. Mini gathering diadakan di kantor ITDP Indonesia, di mana para peserta juga dapat mengikuti diskusi publik secara langsung.

Dalam kesempatan ini, ITDP Indonesia juga menampilkan pameran foto yang menunjukkan proses pengembangan halte inklusif Transjakarta sejak 2022. Foto-foto tersebut dilengkapi dengan Braille dan informasi audio untuk mendukung aksesibilitas bagi teman-teman disabilitas. 

Saksikan tayangan ulang diskusi publik “Langkah Selanjutnya Menuju Transportasi Publik Jakarta yang Inklusif” di kanal YouTube ITDP Indonesia. 

Subscribe

Sign up for updates on our projects, events and publications.

SIGN UP
Send this to a friend