Masifnya pembangunan dan penataan kawasan berbasis pejalan kaki tidak diiringi dengan pembangunan yang mengedepankan FUNGSI yang mempermudah perjalanan pejalan kaki.
Seperti terlihat di Kawasan Senen dengan JPO-nya, di mana preferensi pejalan kaki ketika menyeberang justru bukan melalui JPO. Alih-alih melakukan redesain simpang dengan menitikberatkan di pelican crossing dan zebra cross malah JPO yang dipermegah?
Lalu, bagaimana dengan penataan kawasan selanjutnya di Kebayoran Baru yang identik dengan kelas menengah ke atas baik dari segi pemukiman dan juga bisnis? Apakah mereka yang melakukan mayoritas perjalanan dengan berjalan kaki di kawasan tersebut adalah subjek yang dimaksud di atas?
ITDP melakukan survei 24 jam untuk mengindentifikasi siapakah pengguna kawasan yang melakukan mayoritas perjalanan. Hal ini menjadi fondasi dari perencanaan pembangunan dan penataan kawasan tepat guna.