Post

by Chris Van Eyken On May 16th and 17th, the Institute for Transportation & Development Policy, with support from the Rockefeller Foundation, hosted a delegation from San Francisco on a study tour to Mexico City. This included three members of San Francisco’s Board of Supervisors: John Avalos, Scott Weiner, and Eric Mar. The seventeen person…

Post

Sejak akhir Januari, ada pemandangan aneh di jalur busway sepanjang Kuningan dan Setiabudi, Jakarta. Di antara bus-bus besar Transjakarta, ada sesekali melintas bus kecil Kopaja AC berwarna perak (meski terkadang warna itu sudah tertutupi iklan di badan bus).

Tidak saja masuk jalur busway, Kopaja AC itu juga berhenti di halte dan menaikkan/menurunkan penumpang. Alamak! Kok boleh?

Semua ini bermula dari pengamatan dan survei lembaga kajian transportasi dan pembangunan ITDP pada tahun 2011. Hasil survei kami waktu itu menunjukkan hasil yang cukup menggelitik. Yakni, frekuensi bus Transjakarta hanya sepertiga bus umum lainnya. Sebagai contoh, dalam satu jam, ada 40 bus Transjakarta yang lewat di Jl Sudirman. Sedangkan Kopaja dan Metromini (yang lewat di jalur lambat bersama kendaraan lainnya) ada 120 bus.

Artinya, rata-rata bus Transjakarta tiba di halte setiap 90 detik. Padahal bus Kopaja dan Metromini setiap 30 detik saja!

Lebih mencengangkan lagi, jumlah penumpang yang diangkut oleh Transjakarta sepanjang Sudirman-Thamrin adalah sama dengan jumlah penumpang Metromini dan Kopaja. Bila penumpang Kopaja dan Metromini “dipaksa” menjadi penumpang Transjakarta, maka pengguna busway bisa meningkat dua kali lipat.

Apakah ini cara curang? Tidak juga…

Mengintegrasikan layanan Kopaja dan Metromini dengan Transjakarta (alias memasukkan Kopaja ke jalur busway) akan memberikan beberapa keuntungan. Antara lain:

1)    Waktu tempuh Kopaja dan Metromini akan lebih cepat, sebab melaju di jalur khusus — tidak bersaing dengan kendaraan lain di tengah kemacetan.
2)    Frekuensi bus di jalur busway bertambah signifikan. Di Jl Sudirman, misalnya, dari 40 bus/jam bisa meningkat hingga 160 bus/jam.
3)    Kondisi bus Metromini dan Kopaja akan meningkat, karena bus akan diremajakan dan dilengkapi AC.
4)    Cakupan area dan rute busway juga bertambah. Penumpang tidak perlu keluar halte dan tukar bus umum (dan membayar lagi) bila ingin pergi ke daerah yang di luar koridor busway. Cukup naik Kopaja/Metromini dari halte busway.

Post

Gubernur DKI Jokowi meresmikan jembatan penyeberangan orang (JPO) bereskalator [Deti Mega] [JAKARTA] Gubernur

Post

The Jakarta Administration is building fleets to service the TransJakarta busway system’s upcoming 24-hour schedule, planned to

Post

  Officials from Lanzhou, China, a city which just saw the opening of China’s second high-capacity BRT, visited Rio de Janeiro and Curitiba in a study tour hosted by ITDP Brazil in partnership with the Asian Development Bank (ADB) and the Development Bank of Latin America (CAF). Over the last week of January and early…

Post

 

Transjakarta kini hadir dengan wajah baru. Setelah rebranding dengan logo baru dan membenahi sistem wayfindingnya, Transjakarta kali ini mengeluarkan ‘Company Profile Transjakarta 2013’. Buku ini resmi dipublikasikan tepat pada hari ulang tahun ke-9 Transjakarta tanggal 15 Januari 2013.

Tidak seperti buku profil Transjakarta sebelumnya, kali ini Transjakarta memfokuskan pembahasan mengenai dampak positif Transjakarta dalam berbagai aspek perkotaan di Jakarta. Mulai dari perubahan perilaku berlalu-lintas, Transjakarta yang memfasilitasi penyandang disabilitas, sampai dengan pro poor, pro growth dan juga sejumlah informasi statistik terbaru mengenai perpindahan moda, konsumsi BBG, dan perbandingan panjang koridor dengan BRT lainnya. 

Dengan adanya  ‘Company Profile Transjakarta 2013’, diharapkan seluruh objektif yang telah dibuat sejak dimulainya Transjakarta tahun 2004, dapat dievaluasi dan kembali digemakan demi menciptakan pelayanan yang lebih baik.  

Download Company Profile

 

Post

By Karl Fjellstrom, ITDP China Lanzhou, a city of three million and the capital of Gansu Province in north-western China opened its much-anticipated BRT system in late December. Lanzhou is Asia’s third ‘high capacity’ BRT system, after Guangzhou and Brisbane, and is the first BRT system in the world based on a split station concept…

Post

Warga antre saat menunggu kedatangan armada bus transjakarta di Halte Busway Harmoni, Jakarta Pusat, Minggu (4/11/2012). JAKARTA, KOMPAS.com — Hari Selasa (22/1/2013) ini Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo meresmikan integrasi bus sedang dengan transjakarta. Integrasi diawali di jalur Ragunan-Grogol dan Lebak Bulus-Senen dengan mengoperasikan 40 bus. Ke depan integrasi akan dikembangkan dengan melibatkan armada lebih…

Post

New bus corridors such as the line seen here running through the city center have helped Mexico City clearits traffic-clogged streets and earn the Sustainable Transport Award.

Photograph courtesy Adam Wiseman

Josie Garthwaite
For National Geographic News
Published January 16, 2013

Bicycles, pedestrian-friendly plazas and walkways, new bus lines, and parking meters are combining to transform parts of Mexico City from a traffic nightmare to a commuter’s paradise. The Mexican capital, one of the world’s most populated urban areas, has captured this year’s Sustainable Transport Award, the Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) announced Tuesday.

As recently as late 2011, Mexico City commuters reported enduring the most painful commute among respondents to an IBM survey. Based on factors such as roadway traffic, stress levels, and commute times, the city scored worse than 19 cities, including Beijing, China, and Nairobi, Kenya. Mexico City has seen its roadways swell beyond capacity to more than four million vehicles, which are owned, increasingly, by a growing middle class.  (See related photos: "Twelve Car-Free City Zones")

Subscribe

Sign up for updates on our projects, events and publications.

SIGN UP