August 16, 2013

DKI Cari Rp 1,2 Triliun untuk Rombak Busway

Sumber: Koran Tempo, 15 Agustus 2013 

JAKARTA – Pemerintah DKI Jakarta akan merombak moda transportasi busway lewat penataan jalur dan halte-haltenya. Dimulai di dua koridor, koridor I (Blok M-Kota) dan VI (Ragunan-Dukuh Atas), dana yang dibutuhkan telah dihitung sebesar Rp 1,28 triliun.

Wakil Gubernur Basuki T. Purnama berjanji dana sebesar itu tidak akan menggerus anggaran pendapatan dan belanja daerah. Dana akan dicarikan lewat tender antarbank yang berminat membiayai penataan ulang tersebut dengan ganjaran di antaranya kompensasi pasang iklan di sepanjang jalur.

"Ini akan sebanding dengan yang akan dicapai, yaitu memindahkan lebih banyak masyarakat ke transportasi massal," kata Basuki kepada Tempo, akhir Juli lalu.

Basuki–yang juga biasa disapa Ahok–menambahkan, proses tender akan segera digelar tahun ini juga. Badan Pengelola Keuangan Daerah telah dimintanya menyusun syarat dan regulasi.

Konsep teknis untuk penataan ulang itu sendiri dibuat Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia. Yoga Adiwinarto, direkturnya, mengatakan akan ada 31 halte yang sudah pasti akan didesain ulang. "Program ini bernama direct service atau bisa disebut jemput bola," katanya.

Konsep besarnya, menurut Yoga, adalah merombak total halte Transjakarta. Sebagian akan dibuat lebih panjang dan jalur-jalur busnya dibuat lebih lebar.

Tapi ada juga yang benar-benar akan dibuat baru. Contohnya adalah Halte Sudirman. Halte ini akan dibangun terkoneksi langsung dengan stasiun kereta Commuter Line. "Selama ini penumpang kereta yang ingin naik Transjakarta harus jalan 50 meter ke arah Halte Dukuh Atas," kata Yoga.

Perombakan total, Yoga menambahkan, juga ditujukan untuk mendukung volume penumpang yang ditargetkan akan naik hingga 45 persen lewat integrasi sembilan rute angkutan Kopaja dan Metro Mini dengan busway. Saat ini integrasi dengan dua rute bus Kopaja, S- 602 (Senen-Lebak Bulus) dan P-20 (Ragunan-Monas), sudah dimulai. Penggabungan dilakukan di dua titik, yaitu Koridor VI dan Koridor IX (Pluit-Cililitan). Hanya, Yoga mengakui, integrasi dua rute itu belum maksimal untuk jemput bola.

Dia menunjuk infrastruktur penunjang dan konsep yang belum matang. "Masih mengandalkan jalur di koridor utama. Hanya satu akses," ujarnya.

Model seperti itu disebutnya "trunk only", yaitu satu koridor untuk berbagai moda, baik itu Transjakarta maupun pengumpannya, seperti Kopaja. Yoga mencontohkan yang diterapkan di Guangzhou, Cina, di mana bus pengumpan memiliki rute halte terpisah. "Jadi, itu sebabnya kenapa nanti jalur Transjakarta di sekitar halte dilebarkan sehingga bisa berjajar dua bus," katanya.

Kepala Badan Layanan Umum Transjakarta, Pargaulan Butarbutar, mengakui bahwa, dengan konsep ini, layanan akan semakin maksimal. Waktu tunggu antarbus yang selama ini banyak dikeluhkan juga bisa dipangkas. SYAILENDRA

Subscribe

Sign up for updates on our projects, events and publications.

SIGN UP
Send this to a friend