Share this
Sebagai ibu kota provinsi Jawa Barat, Bandung menghadapi masalah yang lumrah terjadi di kota-kota besar yaitu mobilitas kritis dengan masalah jaringan jalan yang macet. Hal ini teridentifikasi dari Proyek Mobilitas Perkotaan Bandung (2013) yang diterbitkan oleh Pemerintah Kota Bandung.
Kualitas dan pelayanan angkutan umum yang buruk menjadi penyebab rendahnya minat penumpang untuk menggunakan angkutan umum. Kurangnya sistem angkutan umum yang memadai, pelayanan yang minim, angkot/minibus milik perorangan yang sudah ketinggalan zaman menjadi sesuatu yang merugikan mobilitas masyarakat dan berakhir berdampak negatif terhadap ekonomi, sosial dan lingkungan.
ITDP Indonesia ikut berpartisipasi dalam proyek “Integrated Public Transport System in Bandung”. Program ini diprakarsai Global Future Cities Program (GFCP) oleh Pemerintah Inggris untuk pembenahan angkutan umum di Kota Bandung. Hal ini untuk mendukung tercapainya SDG No 11 terkait dengan transportasi publik yang aman, terjangkau, dan dapat diakses untuk semua golongan termasuk kelompok rentan. Program ini berupaya untuk mengatasi masalah mobilitas di Kota Bandung dengan pembenahan angkutan umum yang ada menjadi sistem angkutan umum terintegrasi, aman, nyaman, dan dikelola secara profesional.
Program ini bertujuan untuk untuk menyediakan akses ke sistem transportasi yang aman, terjangkau, berkelanjutan dan aksesibel untuk semua dengan perhatian khusus pada kebutuhan kelompok rentan.
Program ini akan dilakukan melalui pemberian bantuan teknis untuk pengembangan Sistem Angkutan Umum Terpadu di Bandung, yang pada akhirnya akan dicapai dengan mengintegrasikan angkutan umum informal yang ada (seperti angkot minibus). Basisnya adalah layanan Trans Metro Bandung (TMB) dan penyediaan akses melalui transportasi tidak bermotor, seperti berjalan kaki dan bersepeda.
Perempuan menghadapi banyak tantangan dalam transportasi dan mobilitas perkotaan. Selain itu, lansia dan penyandang disabilitas juga menghadapi tantangan signifikan dalam sistem transportasi umum, seperti aksesibilitas atau ketiadaannya. Program ini melengkapi transportasi umum terintegrasi dengan mendorong perempuan untuk menggunakan transportasi umum, mengubah perilaku mobilitas mereka dan pada akhirnya membangun sistem angkutan yang komprehensif, nyaman, andal dan aman yang dapat dimanfaatkan oleh laki-laki dan perempuan serta mereka yang memiliki disabilitas fisik, mental, maupun intelektual.