Author: Fani Rachmita

LATAR BELAKANG:

Terhitung sampai dengan akhir 2011, ada sekitar 1,2 juta kendaraan di Kota Bandung, 400 ribu diantaranya merupakan kendaraan roda 4. Sementara infrastruktur yang sudah terbangun lazimnya hanya bisa menampung sebanyak 360 ribu kendaraan roda 4. Belum lagi, dari data yang ada, tingkat pembelian rata-rata kendaraan di Bandung adalah sebesar 11%. Tak heran kini Bandung sudah menjadi kota macet, apalagi dengan ditambahnya jumlah kendaraan rata-rata yang masuk ke Kota Bandung setaip weekend mencapai 200 ribu kendaraan.

BikeBdg adalah sebuah komunitas lokal di Bandung yang lahir pada 11 November 2011. BikeBdg didirikan oleh gabungan pesepeda Bandung yang menginisiasi gerakan bike sharing. BikeBdg menyediakan aksesibilitas terjangkau untuk siklus perjalanan jarak pendek di kota. Ide ini berasal dari kesadaran masalah lalu lintas di kota yang semakin menyedihkan. BikeBdg adalah jalan membangun jenis baru dari sistem transportasi publik yang dirancang untuk menghilangkan stres lalu lintas di seluruh kota Bandung. BikeBdg berusaha untuk mencapai banyak tujuan dengan program bike sharing.
Saat ini bikebdg telah berjalan 4 bulan dan memiliki 6 shelter sepeda yang terletak di tempat yang mudah dicapai oleh pejalan kaki dan strategis.
Dengan mendorong penggunaan sepeda, kami berharap untuk meringankan beban lalu lintas kendaraan yang saat ini tertuju pada pemakaian kendaraan pribadi. Mengetahui semua batas yang kami miliki, Implementasi program ini membutuhkan begitu banyak upaya. Mulai dari penggalangan dana sampai proses menciptakan budaya bersepeda. Mengelola dan mengoperasikan sistem tersebut juga bukan hal yang mudah dan di Bandung di mana sebagian besar jalan tidak cocok untuk bersepeda karena tidak ada jalur khusus untuk bersepeda seperti di Eropa dan Amerika. Tapi BikeBdg terus berupaya berpikir positif dan terus melakukan inovasi dengan cara yang menyenangkan.

Rencana pembangunan 6 ruas jalan tol banyak menuai kritik dan protes dari berbagai kalangan khususnya pengamat transportasi di Jakarta. Proyek ini dianggap tidak konsisten dengan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menetapkan untuk mengembangkan transportasi massal di Jakarta. Proyek jalan tol yang diprakarsai oleh Jakarta Tollroad Development (JTD) ini diperkirakan akan menghabiskan Rp42 triliun ini…

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi). (sumber: Beritasatu TV)
Selain menyetujui Kopaja masuk jalur busway, Jokowi juga menyepakati pembatalan rencana pembangunan enam ruas jalan tol
 
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, menerima usulan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) terkait dengan integrasi kopaja dan metromini yang diperbolehkan masuk ke dalam jalur bus TransJakarta sebagai upaya membantu mengatasi kemacetan dan permasalahan angkutan umum di ibukota.

“Bisa, sangat bisa. Agar jalan yang dipakai busway itu betul-betul efektif, sekarang kan kosong,” kata Jokowi yang ditemui di ruang kerjanya, Balaikota, Jakarta, hari ini.

Selain menerima usulan dan mengatakan akan mengkaji lebih jauh mengenai hal tersebut, Jokowi juga mengisyaratkan bahwa dirinya juga menyepakati adanya pembatalan atas rencana pembangunan enam ruas jalan tol yang dahulu digagas oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, kepada Kementrian Pekerjaan Umum pada 2007 lalu.

Jakarta – Tak hanya menolak pembangunan 6 ruas tol dalam kota, Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) juga memberikan solusi. Berikut beberapa solusi itu.

"Seharusnya kepada Gubernur Jakarta pada Jokowi, memang kita harus keras, bahwa pengembangan kota Jakarta harus menginvestasikan pada pelayanan angkutan umum," kata anggota DTKJ yang juga mantan Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Iskandar Abubakar.

Hal itu disampaikan Iskandar dalam jumpa pers di kantor DTKJ, Gedung Sasana Karya, Jalan Suryopranoto, Jakarta Pusat, Selasa (13/11/2012).

"Kalau menurut saya solusi untuk mengurangi kemacetan dan menghindari pembangunan tol dalam kota ini adalah merevitalisasi KRL Jabodetabek dan elevated busway. Jadi saya di sini menyarankan Gubernur jangan kasih izin pembangunan tol dalam kota," tutur Iskandar.

Sementara Ketua DTKJ Azas Tigor Nainggolan menambahkan agar Jokowi fokus pada revitalisasi transportasi publik massal.

TEMPO.CO, Jakarta-Pengembangan angkutan masal berbasis bus seperti busway dinilai paling efektif untuk mengurai kemacetan di Jakarta. Soalnya, busway dapat mengangkut hingga sepuluh kali lipat jumlah orang yang bisa diangkut menggunakan mobil pribadi.

Country Director Institute for Transportation & Development Policy, Yoga Adiwinarto, mengatakan penambahan tol dalam kota bukanlah solusi mengatasi kemacetan. “Menambah jalan berarti membuat orang lebih banyak menggunakan mobil pribadi, ujung-ujungnya tetap macet,” kata dia ketika dihubungi Rabu, 7 Oktober 2012.

Hal terpenting dalam mengurai kemacetan menurut dia bukanlah menambah panjang jalan, melainkan mengoptimalkan jalan yang ada untuk mengangkut sebanyak mungkin orang. Yoga mengatakan jalan selebar 3,5 meter hanya bisa digunakan oleh 2000 orang setiap jam jika menggunakan mobil pribadi. “Padahal ruas jalan yang sama bisa mengangkut hingga 20.000 orang jika busway dikembangkan dengan optimal,” ujarnya.

Hal tersebut tentu masih harus diiringi pengembangan armada dan fasilitas pendukung busway. Dengan kondisi saat ini busway baru mampu mengangkut 6600 orang setiap jam. Yoga mengatakan, pemerintah perlu mengembangkan halte busway agar bisa menjadi perhentian bagi 6 bus sekaligus untuk rute yang berbeda. Dengan begitu waktu tunggu penumpang dan jarak antar-armada dapat dipangkas. “Idealnya bus datang setiap tiga menit pada jam sibuk dan setiap lima menit pada jam lainnya,” tutur Yoga.

 

JAKARTA, KOMPAS.com — Bus pengumpan atau feeder untuk bus transjakarta kembali beroperasi, Rabu (7/11/2012), setelah mogok sejak Jumat pekan lalu. Namun, hanya dua rute yang beroperasi, yaitu rute 1 (Sentra Primer Barat-Daan Mogot) dan rute 2 (Tanah Abang-Tugu Tani). Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono mengatakan, rute 3, yaitu SCBD-Senayan, ditutup. "Yang kemarin dikeluhkan…

As New York City recovers from Sandy, one of the problems for city dwellers is simply getting to work. Hundreds of outer-borough residents stood in lines to catch buses or ferries into Manhattan or find a car looking for an extra passenger to meet temporary minimum occupancy rules imposed by Mayor Michael Bloomberg. The hassle left at least a few commuters wondering if the city’s bike-sharing program, which was supposed to begin this summer but was delayed until at least next spring, might have helped. “If NYC had implemented the bike share, the post Sandy transportation mess could have been avoided,” Wall Street Journal reporter Reed Albergotti suggested on Twitter yesterday. That’s an overstatement, but 7,000 bikes at 420 stations—many of them in exactly the areas hardest hit by power outages and the lack of subway service—probably would have helped.

“It would really be a great complementary mode for people to get around in a safe way and not have to worry about traffic congestion,” says Paul DeMaio, founder of MetroBike and a consultant on Washington, D.C.’s Capital Bikeshare system, which was rolled out in 2008. In D.C., DeMaio says, bike sharing has proved useful in the aftermath of Sandy, as well as during past disruptions to the transportation network. Capital Bikeshare closed for about 36 hours during Sandy to keep riders from attempting to brave the dangerous weather, but it was back up about an hour before the city’s public transit system. “As soon as we flipped the switch back on, it was being very well used,” says DeMaio. In August 2011, when an earthquake rattled the city and left many commuters looking for a way around snarled traffic, Capital Bikeshare experienced a 34 percent increase in trips per day. “We had just a few bikes that were kept beyond 24 hours. People were respectful of the service, and they were able to use the service to get home to their loved ones.”

As the capital city of Indonesia, Jakarta has a great potential in developing public infrastructure that accommodates the needs of the community. Jakarta has a population exceeding 10 million people which creates high mobility and public transport services need to be improved to support the activities of the community by presenting options and a lot more interesting.

Bike sharing is one of the modes of transportation that support other modes of transportation that are complementary where this program has been implemented other countries and is able to reduce congestion in crowded locations. Several countries in the world to make bike sharing as a mode of supporting public transportation, such as buses, trains, MRT and the majority is used as a tool to overcome the final distance is usually done by the commuters.

 

  Konsep Desain Bike Sharing Oktober 2012 Oktober 2012  

Subscribe

Sign up for updates on our projects, events and publications.

SIGN UP